Diaz,
Memandang
jiwamu seperti memandang sebentang sutra indah yang lembut dan hangat. Jiwamu
senantiasa melahirkan segudang ide ide cerah dan mencerahkan. Ada saja cuilan
makna pada setiap candamu, belum lagi cuilan satire cantik yang sama sekali
tetap terasa sejuk. Aku tak tahu apakah kamu itu malaikat atau sosok limited
edition yang diciptakan sang Khaliq untuk menyirami gersangnya kehidupan fana
ini.
Mendengar
suaramu seperti menggelar sejumlah nada indah yang dijejer halus dalam sebuah
maha karya symphoni sang maestro. Selalu saja ada nada nada renyah di setiap
tawamu, meski kadang tawamu bulat menggetar namun tetap saja indah menggelitik
setiap rambut halus gendang telingaku. Aku benar-benar makin bertanda tanya,
apakah dirimu adalah sang vokalis surga yang dikirim turba ke bumi yang makin sumbang
ini.
Mencium
baumu seperti mecium ekstrak kembang terwangi yang pernah aku cium aromanya
sejak aku lahir. Wangimu penuh misteri paduan bunga meulu, jeumpa, seulanga
atau setanggi yang semerbak. Wangimu benar-benar mampu menjejerkan selaksa
aroma yang tertata rapi hasilkan aroma baru yang mampu menyihir pesona.
Mungkin
menyentuh kulitmu juga akan mampu hasilkan sejumlah kata indah yang belum tentu
mampu mewakili keindahan dan kelembutanmu. Meski itu hanya mimpiku, cukuplah
kupandang potret masa lalumu yang akan mewakilimu.
Diaz,
Ini
aku, pemuja sejatimu sejak dulu. Sejak kau bau kencur hingga mungkin aku mau
masuk kubur. Aku tak pernah berpikir mencari penggantimu, karena bagiku kau
adalah karya dan anugerah sang khaliq yang teristimewa dan yang pernah kutemui.
Setiap mengingatmu selalu hadirkan epifani[1]
dalam jiwaku.
Ini
aku, laki-laki jalang yang tak pandai bersyukur pernah terpatri di pualam
hatimu yang indah. Laki-laki tamak, yang dulu tak mengerti betapa dirimu adalah
sejatinya bidadari.
Ini
aku , yang kini Cuma bisa menghadirkan bayang masa lalu ketika kita tertawa
bersama. Tahukah kau Diaz ? Aku telah membingkai bayang masa lalu itu dalam
sebuah bingkai emas di hatiku. Bingkai itu tak pernah lapuk oleh hujan dan tak
pernah lekang oleh panas. Bingkai masa lalu itu memang kupatri dengan kemurnian
emas 24 karat.
Ini
aku yang menyintaimu secara hakiki, cinta tanpa harus memiliki. Sejatinya cinta
yang kurajut dengan benang ikhlas dan putihnya ketulusan.
Diaz,
Terima
kasih kau telah bersedia meluangkan waktumu untuk membaca suratku. Aku pasrah
entah kau tertawakan atau kau campakkan kertas surat ini. Itu semua kuserahkan
padamu. Jelasnya aku telah puas , kau telah tahu dan paham isi hatiku
Terima
kasih Diaz, kau makin tumbuh jadi sejatinya bidadari. Jujur Diaz, suatu saat di
kehidupan kekal sana bolehkah aku bertetangga saja denganmu (agar setiap hari
aku dapat memandang hijabmu, dan mendengar lantunan merdu tilawahmu dari sudut
jendela rumahku).
Wassalam
Casablanca, 15 oktober 2016
Aku
yang selalu menyintai & mengagumimu
(Mochammad
Oktario)
..............................................................................................
Diaz
menghela nafas membaca surat tersebut. Surat yang dikirim dari Casablanca
Maroko 20 Oktober yang lalu via jasa Pos. Entah darimana Okta, sahabatnya semasa
SMP dulu tahu alamatnya. Sedang asyik dalam ragu yang makin membumbung masuklah
pesan WA bertubi-tubi. Diaz coba membukanya, WA Group SMP nya tertera 20 pesan
yang belum dibaca
‘Telah
berpulang ke rahmatullah, sahabat kita Mochamad Octario tadi pagi jam 09.00
Waktu Maroko. Jenazah akan dikebumikan di Casablanca sesuai pesan almarhum.
Mohon doa segenap sahabat agar almarhum husnul khatimah dan diterima disisi
Allah swt’
‘Ybs
adalah salah satu Seniman Lukis yang sukses di negeri orang , tidak
meninggalkan keluarga karena hingga saat terakhir hidupnya ybs berstatus lajang’
‘Inna
lilahi wainna ilaihi raji’un, al fatihah buat almarhum’
‘Kami
sekeluarga ikut berduka cita, semoga almarhum diterima disisi Allah swt’
Dan
masih banyak pesan WA lain yang isinya senada. Diaz berwudhu, Diaz shalat dan
berdoa untuk sahabat kecilnya dulu Almarhum Mochammad Oktario. Diaz tak
menyangka kalau Okta menyimpan cinta, cinta sejati dibawa mati. Al Fatihah
Batoh, 28 Oktober 2016
(Jam 23.05)
[1] Epifani
= peristiwa istimewa dalam kehidupan seseorang yang memiliki pengaruh yang
biasanya positif