salam

selamat datang ke blog saya , tulisan-tulisan kecil seputar manusia dalam dunia kerja , pendidikan dan keluarga dapat anda ikuti di blog ini. semoga bermanfaat buat para pembaca

Minggu, 07 Agustus 2011

Pelajaran dari Solo

1. Menyusuri kota Solo dengan becak adalah keasyikan tersendiri . Becak ontel model kayuh seperti ini memang terasa kurang "manusiawi", apalagi setelah bertahun-tahun aku terbiasa menyaksikan dan menikmati becak motor di Banda Aceh yang rasanya lebih egaliter. "Pak, pinten njih ?" begitu kataku dengan bahasa jawa untuk menanyakan ongkos ke tempat tujuan yang kuinginkan. pak becak seringkali hanya menjawab dengan kalimat " mangga...panjenengan ngersaaken kemawon" ( menyerahkan perkiraan ongkos beca pada penumpang). Barangkali karena tidak membutuhkan bensin....BBM Pertamina yang makin lama makin merangkak harganya. Namun kupikir bukan itu sebab utamanya, budaya dan kesadaran wisata yang cukup tinggi membuat para tukang becak amat "services" terhadap setiap "customer" nya sehingga mengungkapkan kalimat tersebut. Beda sekali dengan pengalaman naik becak di Banda Aceh, yang seringkali dikeluhkan para turis baik asing maupun domestik karena terkesan diminta bayaran yang diluar kewajaran.
2. Naik taksi di solo cukup nyaman. dengan jumlah barang yang cukup banyak, taksi avanza maupun mobil lain jenis ini cukup mudah ditemui. Jika tahun lalu hanya taksi dengan brand tertentu yang menyediakan varian mobil jenis ini, tapi kali ini beberapa brand taksi telah menyediakan layanan yang sama. "pak, apa argonya sama antara taksi biasa dengan taksi jenis avanza dan semacamnya" begitu kataku pada sopir taksi. "Sama persis bu, argonya sama persis hanya ini memang sengaja disediakan untuk penumpang yang membutuhkan mobil yang lebih luas dan dapat menampung penumpang atau barang yang lebih banyak. Luar biasa batinku, penyedia jasa taksi memang amat "services"
3. Jika lidah anda ingin dimanjakan, Solo adalah salah satu kota tujuan wisata kuliner yang cukup menjanjikan. Bagaimana tidak ? mulai minuman dingin (es dawet telasih, es campur, es shanghai, es kopyor dsb) ; minuman hangat (wedang ronde, bajigur, bandrek, wedang kacang, wedang roti dsb) ; snack (serabi, risoles, kroket, semar mendem, mentho, carang gesing, pis roti, mandarijn cake dsb) ; makanan berat (timlo solo, nasi langgi, nasi liwet, tengkleng, bestik, sate dsb) dan masih banyak varian kuliner lainnya yang dapat memenuhi halaman jika dipaparkan. Menariknya sajian kuliner khususnya malam hari seringkali dibumbui dengan sentuhan seni budaya yang membuat kota ini makin kuat memancarkan pesona. Sepertinya tidak nikmat jika setelah sekian hari berada di kota ini, aku tidak menyempatkan diri untuk memanjakan kuping dengan suara merdu penyanyi tempo dulu yang mangkal di warung bestik. Luar biasanya bumbu penyedapnya adalah "senyuman si penjual bestik" meski kelelahan melayani para pelanggan yang ngantri dan tentu saja senyuman para penyanyi yang terus menembangkan lagu-lagu merdu baik yang dinyanyikannya sendiri maupun request dari para tamu. Tentu saja plus bumbu senyum para penyanyinya.Saat itu tak hanya indra mata saja yang dimanjakan dengan cantiknya sajian bestik, tapi juga aroma sedap yang memanjakan indra penciuman anda ditambah indra pendengaran yang dibuai lagu-lagu merdu si penyanyi. Rasulullah saw sebuah hadis yang diriwayatkan oleh HR. Muslim, Rasulullah berpesan, “Janganlah kalian menganggap remeh kebaikan itu, walaupun itu hanya bermuka cerah pada orang lain,”. Hadits lainnya mengatakan " Tabassumu fi akhika shadaqoh " yang artinya senyum untuk saudaramu adalah Sedekah. Sedekah senyum yang luar biasa dari para "pebisnis" ini ternyata merupakan salah satu contoh kecil dari kesiapan Kota Solo menerima kunjungan wisata dari wisatawan Mancanegara maupun Nusantara. Menurut Kadisbudpar Kota Solo, Drs. Purnomo Subagyo, tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah wisatawan. Jika di tahun 2009 wisnus berjumlah 855.090 orang dan wisman berjumlah 14.400 orang, pada tahun 2010 meningkat 1.019.925 untuk jumlah wisnus dan wisman mencapai 19.800 org (sumber: google).
4. "Saya banyak membaca kisah sukses pak walikota Solo, benarkah semua itu pak?" pancingku pada pengemudi taksi. Ternyata subhanallah, dengan lancarnya pak sopir menceritakan panjang lebar kisah sukses pak wali, yang melalui hati, kepala dan tangannya mampu membawa perubahan yang signifikan di kota Solo. Kota Solo kini benar-benar menjadi kota yang ramah dan nyaman. " sudah berapa hari bu disini? " tanya pengemudi taksi pada saya. " ini hari yang kesebelas saya di solo pak" jawabku. "Menurut ibu apa yang terlihat masih perlu dibenahi?" tanya sopir taksi. "wah, banyak hal yang berubah padahal belum lama juga saya datang kesini. Tapi karena bapak tanya ya saya jawab" jawabku. "itu lho pak, masih banyaknya tuna wisma dan gepeng serta penderita sakit jiwa di jalanan yang membutuhkan pemikiran dan penanganan serius" jawabku. Sopir taksi manggut-manggut (sambil cerita, konon kabarnya ada "droping" gepeng, tuna wisma dan penderita sakit jiwa yang diangkut truk dan diturunkan di kota Solo di malam hari...kata Sopir taksi) dan aku diam-diam kagum dengan ownership yang dimilikinya terhadap kota ini. Banyak kudengar cerita tentang Jokowi, walikota Solo yang sukses. Walikota yang membangun kota dengan prinsip No Excuse, yaitu fokus pada yang ada bukan apa yang tidak ada.Ia membangun sumber daya manusia (human resourses), dimulai dari aparat, bahkan dimulai dari dirinya sendiri. Ia jga seorang servant leader , pemimpin yang melayani yang menurut Kenneth Blanchard dalam bukunya Leadership By The Book, menyatakan karakter pemimpin yang melayani dapat dilihat adanya 3 hal yaitu : Hati yang melayani, Kepala yang melayani, Tangan yang melayani.
Diam-diam ada sebersit rasa sedih dalam hatiku............. bagaimana Acehku ??? (semoga tukang becak, sopir taksi, pedagang , masyarakat dan pemimpin yang berbudaya melayani hadir di bumi Aceh yang kucintai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar