BERPIKIR LATERAL ?
( by Nur Janah Nitura)
Lulus sebagai wisudawan terbaik, apalagi dibumbui dengan
predikat yang amat membanggakan ”cum laude”
ternyata belum tentu membawa berkah. ”Siti”. Mahasiswi sebuah
fakultas bergengsi di universitas negeri dan lulus cum laude lebih kurang 4
tahun yang lalu , hingga kini masih nganggur setelah sebelumnya pernah
dikontrak 1 tahun oleh sebuah NGO. Siti melayangkan suratnya ke rubrik (note : penulis pernah mengasuh rubrik Balee Psikologi di Harian Aceh tahun 2008) ini dan
menulis .................otak saya seolah
beku, saya tak tahu harus berbuat apa. Setelah setahun saya dikontrak sebuah
NGO , 2 tahun ini saya total nganggur. Mendaftar sebagai CPNS sudah saya
lakukan sejak tahun pertama kelulusan saya. Namun nampaknya dewi fortuna tak
berpihak kepada saya. Kini saya total nganggur dan tak tahu harus berbuat apa.
Siti menceritakan hari-harinya dia isi dengan duduk
didepan komputer, jalan-jalan ke rumah teman di sore hari. Dan selebihnya ia
memang tak punya aktivitas apa-apa. Melamar kerja dia lakukan namun blum rejeki
katanya. Bagi anak muda yang berotak cemerlang seperti Siti, sungguh hal ini
menjadi sebuah hambatan yang amat besar. Kebiasaan sejak dini yang
mengkondisikan anak untuk berpikir convergent
(satu arah), hanya mengandalkan otak kiri, logik, vertikal, fokus dan akurat
ternyata membuat individu kurang berani untuk berpikir apalagi berperilaku
keluar dari ’kotak belenggu kebiasaan” (out of the box thinking), Membiasakan diri untuk berpikir banyak arah (divergent thinking) , lateral (ke
samping) , kreatif dan imajinatif ternyata mampu memberikan kontribusi optimal
pada perkembangan seseorang. Individu yang terbiasa berpikir lateral akan mampu
menghasilkan banyak alternatif dalam mengatasi persoalan. Individu ini juga
akan lebih optimistik dan positif dalam menatap masa depan. Jelasnya sosok ini
lebih optimistik dalam menghadapi masa depan.
Saya
bu benar-benar bingung bahkan ketika ada rekan yang mengajak saya coba-coba
memulai sebuah bisnis. Saya terlalu khawatir dan cemas dengan setiap langkah
keputusan yang saya ambil.........begitu tulis Siti berikutnya.
Siti........membayangkan akhir dari sebuah langkah termasuk usaha,
merupakan suatu kunci yang ditawarkan kepada kita agar kita termasuk
orang-orang yang efektif. Nah.......coba Siti bayangkan ke depan jika Siti
hendak memutuskan suatu langkah baru. Apalagi jika langkah tersebut belum
pernah diambil sama sekali. Siti......saya meminjam pendapat Koestler tentang bisosiative thinking , jika kita hendak
mencari langkah atau jawaban terhadap suatu persoalan di bidang A dan belum
ketemu juga jawabannya. Cobalah loncat sejenak ke bidang lain, disitulah anda
akan menemukan jawabannya. Cobalah untuk magang, tolok banding dengan pebisnis
yang mulai sukses atau magang langsung
sebagai pebisnis pemula. Suatu saat insyaAllah Siti akan lebih matang dan siap
dalam mengambil keputusan. Tuliskan beberapa alternatif kegiatan yang mungkin Siti tempuh..tuliskan pula plus dan minusnya....... mulailah dari sekarang.
Memulai memang jauh lebih sulit daripada melanjutkan. Namun jika tidak dimulai
tentu kita tak akan pernah bisa sampai tujuan. Kata orang bijak.........a journey of thousand island begin with a
single step (perjalanan menempuh ribuan pulau dimulai dengan sebuah langkah
kecil). Bagaimana Siti ? Selamat mencoba!!
Wassalam - Nur Janah Nitura
Surat dari Siti
(nama telah disamarkan) , yang berdomisili di kawasan Banda Aceh)
tulisan ini pernah dimuat di Harian Aceh, November 2008