salam

selamat datang ke blog saya , tulisan-tulisan kecil seputar manusia dalam dunia kerja , pendidikan dan keluarga dapat anda ikuti di blog ini. semoga bermanfaat buat para pembaca

Sabtu, 27 September 2014

Catatan kecil : MBOK SUMIRAH (1)




            Perempuan Jawa berkulit kuning langsat dengan rambut panjang yang lurus, wajah bulat telur, bola mata hitam dan senyum yang selalu terkulum adalah gambaran perempuan desa di kawasan  Bumiayu  - Jawa Tengah yang bernama Sumirah. Perkenalanku dengan Sumirah yang kemudian kupanggil Yu Sum (ketika aku menikah, anak-anak memanggilnya simbok dan akhirnya aku juga memanggil simbok) , sejak usiaku 8 tahun. Simbok bekerja sebagai asisten rumah tangga ibuku , ia selalu menampilkan kinerja yang prima. Walaupun ibuku hanya tamat SMP, namun beliau sangat piawai menerapkan faktor motivator (2 factor theory) dalam mendongkrak kinerja simbok. Jika ibu-ibu lain kulihat lebih banyak berbelanja sendiri ke pasar, namun ibu kulihat lebih banyak mempercayakan simbok dalam berbelanja. Simbok sangat bangga dan bahagia dengan kepercyaan tersebut  (kepercayaan ibu kulanjutkan ketika simbok bersamaku selama 10 tahun sebelum ia wafat) . Simbok sering menampilkan kejutan. Dengan kemampuannya menawar yang piawai , ia mampu mengelola uang belanja dan membawa buah atau bahan untuk memasak cemilan sore tambahan yang tidak direncanakan sebelumnya. “Sum, lho kog ada nagasari sore ini darimana bahannya?” tanya ibuku. Simbok tetap dengan senyum khasnya menyatakan bahwa ada kelebihan uang belanja tadi dan ia belikan pisang plus kelapa untuk bahan nagasari (tepung beras bisanya simbok buat sendiri). Simbok tipe pekerja yang patuh,  sehingga pemberian faktor motivator oleh ibu membuat kinerjanya meningkat. Bahkan tambahan tanggungjawab dan tugas makin mendongkrak knerjanya. Kinerja simbok bagaikan spiral yang berkembang atau sering disebut Spiral Effective Cycle yang merupakan sebuah siklus kinerja positif. (Note : ibu selalu mengatakan pada simbok jika ada kelebihan uang belanja , simbok dipersilakan membeli bahan-bahan lain yang menurutnya diperlukan). Perasaan bangga dipercaya dan diapresiasi prestasinya, membuat simbok makin bergairah dalam bekerja.
            Jika organisasi sibuk memoles kompetensi SDM nya agar menjadi sosok yang profesional , simbok telah lama melakukan hal itu. Terus terang kami sekeluarga kagum dengan profesionalitas simbok. Simbok yang belajar memasak dari ibu secara tuntas mulai menu makanan Jawa, Timur Tengah (abahku berasal dari Yaman), cake dan roti, kudapan gorengan dan kukusan hingga aneka es.  Hal itu membuat simbok tak gentar ketika diberikan PR oleh ibu menyajikan masakan dengan bahan dasar 1 ekor Kambing. Kambing yang disembelih di jam 6 pagi hari, pada jam 12 siang akan terhidang beraneka hidangan di atas meja.  Aroma sedap  mengalir , lengkap dengan eloknya sajian warna warni  tertata apik di atas meja. Kedua tangan Sumirah telah menyelesaikan aneka menu , sebut saja Marg Kambing , Saneh, Kari, Sambal goreng ati, Gongsengan daging kambing, Sate  atau lainnya. Tak lupa simbok akan menyiapkan lalapan (timun, kemangi, lobak, selada , wortel )  bahkan acar timun, pacri nenas , cocktail papaya+jeruk nipis juga kerupuk udang sebagai pelengkap hidangan. Acapkali simbok juga mampu menyajikan nasi briyani istimewa yang sangat lezat.  Yang sangat aku kagumi adalah, simbok  tak pernah mengeluh dan tersenyum bahagia melakukan semua itu.
            Kekagumanku yang lain adalah karena simbok niraksara (tak dapat membaca maupun menulis). Lho kog kagum dengan buta huruf ? Tentu saja kagum, karena simbok adalah sosok niraksara yang luar biasa. Simbok telah menutup kekurangannya dengan memoles potensi lainnya . Ketidakmampuannya dalam membaca ia gantikan dengan mengasah daya ingat. Memory folder simbok sangat rapi , sehingga ia mampu menghafal banyak surat dalam Al Qur’an, nomor telpon rumah beberapa kenalan ibu, resep masakan dan kue-kue bahkan menghafal nama-nma rekan ibu maupun abahku yang bekunjung ke rumah.   Simbok mampu menghafal berbagai resep masakan, hingga resep roti dan cake. Contohnya ketika ia harus memasak Marmer cake, Bolu kukus, Nastar, Speculash dll. Simbok mengeluarkan resep dari slot memorynya : Gula halus sekian gram, terigu sekian gram, telur sekian butir. Memory nya juga teruji ketika simbok beribadah, hampir seluruh ayat-ayat dalam juz Amma dapat dihafalnya dengan baik.  Simbok juga menunjukkan kompetensinya dalam hafalan: surat Yasin, As-Sajdah, Ar-Rahman, Al Mulk, Al Waqi’ah. Pertanyaannya adalah bagaimana cara beliau menghafal  ? Sementara beliau tak dapat membaca ? . Hafalan tersebut adalah karena simbok mampu  mendengar secara efektif. Sistem representasi Auditory nya ia fungsikan secara optimal sehingga ia mampu melakukan hal itu.
Tak hanya auditory. simbok mampu mengkombinasikan  keseluruhan sistem representasi atau modalitas yang ada pada dirinya secara piawai, sebagai berikut :
  1. Visual (penglihatan) : Simbok dengan cermat melihat bahan apa saja yang digunakan dan seberapa banyak, ketika ibuku mengajarinya sebuah resep baru . Simbok juga menyimak warna hidangan secara seksama, sehingga ia sangat peka ketika warna sambal goring ati nya kurang merah, atau ketika coklat pada poding yang dibuatnya kurang pekat.
  2. Auditory (pendengaran) : Simbok dengan cermat mendengar ketika ibuku membaca Al Qur’an, bahkan sering terlihat ia sangat khusyuk berada di dekat ibuku untuk mendengar dengan seksama bacaan ibuku . Bahkan terkadang ada dialog kecil sesudahnya. (Simbok tak segan bertanya kepada ibuku , jika ada yang kurang ia pahami. Bahkan ibu juga selalu menyempatkan diri mendengar dan menyimak hafalan simbok agar tak keliru). kadangkala simbok juga memintaku untuk menyimak bacaannya.
  3. Kinestetik (perasaan/perabaan/sentuhan) : Aku ingat bagaimana simbok menyentuh tekstur cake yang diajarkan ibuku sambil bertanya “ Harus selembut ini ya ndaranganten? “ (simbok memanggil ibundaku  dengan sebutan ndaranganten, panggilan memuliakan majikan yang diberikan oleh simbok kepada ibuku). Simbok juga punya intuisi yang tajam “Wan, anak ini gak sayang sama anak kecil, kasihan nanti anak-anak cuma dicubiti saja” (Peringatan yang diberikan simbok, ketika aku merekrut tenaga pengasuh buat balita bungsuku karena simbok sudah makin tua). Prediksi simbok benar, pengasuh tersebut hanya 2 bulan di rumahku dan anak-anak juga kurang suka. Hal ini berbeda sekali ketika aku merekrut seorang gadis Aceh bernama Halimah untuk mengasuh anakku. Simbok sangat bahagia dan antusias merekom Halimah , dengan bahagianya ia katakan “ Wan, Halimah ini baik sekali dan sayang sama anak-anak”. Tanpa proses psikotest atau tools assessment  canggih lainnya, simbok melakukan assessment dengan “hati” nya, ia mampu menyajika profil psikologis kandidat secara apik dengan opini yang tajam. aku sangat banyak mendapat kuliah kehidupan dari  simbok.
  4. Olfactory (penciuman) : Simbok memiliki daya penciuman yang tajam. Khusus masakan maupun kue-kue, ia juga sangat mengandalkan daya penciumannya. Aku menyimak ketika ia sibuk mengambil tambahan kayu manis, karena menciuman aroma pacri nenas yang dimasaknya belum menebarkan aroma wangi di level standar yang diinginkannya. Tentang daya penciuman ini ternyata tak hanya dalam memasak, simbok juga sangat peduli dengan kebersihan dan perawatan rumah. “Pak , tolong bapak naik keatap. Itu ada tikus mati disitu” teriak simbok minta bantuan sopir abahku untuk mengambil bangkai tikus di atap. Mbok……mbok, sistem scan hidung simbok memang sangat canggih diberikan oleh Allah swt .
  5. Gustatory (pengecapan) : urusan lidah atau pengecapan insyaAllah tak dapat dipungkiri bahwa simbok termasuk orang-orang istimewa. Beberapa menu yang tak diajarkan ibu dapat disajikannya dengan apik dan memuaskan dengan cara berguru pada sampel seporsi menu yang dibeli di restoran. Analisa tentang bumbu, bahan  dan jumlah akan keluar setelah simbok mencicipinya pada kunyahan pertama. Yang aku heran adalah, ketika menu tersebut mengandung bahan yang tak ia kenal maka ia akan menyampaikannya. Ini terjadi ketika simbok sudah bersamaku di Banda Aceh dan aku memintanya mencicipi kuah Pliek U , simbok  berkata : “ wan, ini ada bumbu yang saya gak tahu” . Ya tentu saja karena dalam gulai Pliek U harus ada Pliek yang pada saat pertama kali ia ke Banda Aceh belum ia kenal.  Setelah mertuaku mengajarinya, simbok kemudian mampu menyajikan kuah Pliek U khas Aceh yang maknyuss.
            Simbok , perempuan sederhana yang memiliki beribu derita kehidupan (misal: menjanda di usia 16 tahun dll). Mampu mendaur pesimisme penderitaannya menjadi opimisme akan harapan serta kebahagiaan. Mbok, apa sih resepnya……….. “ Wan, kita mesti selalu bersyukur pada Allah swt akan segala nikmat yang telah dilimpahkan buat kita” , itu salah satu nasehat yang sering kudengar khususnya ketika aku curhat padanya. Benar mbok, simbok tak hanya Living  namun Thriving.  Simbok menapaki hari-hari dengan penuh rasa syukur, simbok seorang perempuan sederhana dari desa telah menjadi sosok “ibu” buat diriku dan anak-anakku. Simbok telah ikut mendidik generasi, menebar manfaat yang sangat banyak buat orang-orang  di sekeliling simbok. Rasa Syukur sebagai salah satu akhlaq yang tinggi menjadi resep yang maha dahsyat buat kehidupan simbok , hal ini sejalan dengan firman Allah swt dalam Al Qur’an  yang artinya :
Dan ingatlah juga tatkala Tuhan-mu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih””. (Ibrahim; 14 : 7)

Janji Allah swt buat hambanya yang bersyukur telah simbok contohkan secara utuh.

                                                                                             Medan, 28092014

(Al Fatihah buat almarhumah Simbok Sumirah binti Sahidi, Perempuan sederhana, salah satu  ibu dan "profesor" dalam  universitas kehidupanku yang selalu kukenang)


Sabtu, 12 Juli 2014

TAUBAT (I) (langkahkan kaki taubat di Ramadhan)



Sebuah cerita kecil oleh Nur Janah Nitura

            Setiap kali pak Yamin berdiri di podium untuk berpidato, membuka acara, peresmian gedung, pernikahan , pelantikan atau segudang acara lainnya, setiap kali pula ia harus menggunakan topeng. Sebagai politisi kawakan yang telah sekian kali duduk di Dewan Perwalian Masyarakat (DPM) Pak Yamin memerlukan beribu topeng untuk tampil pas dan wah sesuai ruang dan waktu. Bercermin dua kali, merapikan rambut sambil memeriksa sudahkah cat rambutnya sempurna menutup warna putih uban, mematut kacamata wibawanya dan ritual ini akan diakhiri dengan tersenyum bangga dengan ke’sempurnaan’ penampilan dirinya.
            “Bang, sudahlah bang untuk kali ke depan abang tak usah nyaleg lagi. Kan tabungan abang sudah banyak, tanah, rumah, apartemen, mobil belum saham-saham abang di berbagai perusahaan itu” pinta  Rieki  istrinya setengah menghiba pada suami yang teramat sangat dicintainya itu.  Rieki adalah adik dari sahabat pak Yamin yang dinikahinya lebih 20 tahun yang lalu.  Rieki yang pada awalnya copy paste kepribadian pak Yamin, tiba-tiba enam bulan yang lalu mengalami puncak kulminasi spiritual yang membuatnya tersungkur dan terjungkit 180 derajat dari perempuan matre, ambisius menjadi perempuan tawadhuk dan qanaah. Perubahan positif yang menyejukkan namun menyesakkan dan mengkhawatirkan Yamin suaminya sendiri.
            “Rieki, pergilah ke Hongkong, Eropa atau mana saja bersama teman-temanmu . Berapapun aku support sepenuhnya” pak Yamin merayu sang istri dengan iming-iming duniawi . Jika itu terjadi 6 bulan yang lalu, tentulah Rieki , sosok ibu Gaul metropolitan akan segera mencomot kesempatan ‘emas’ itu . Namun kini hal itu tidak dan tak akan terjadi.  Rieki  kini tahu persis betapa ia harus terus menyibukkan diri untuk beramal, menyibukkan diri untuk menuntut ilmu agama, menyibukkan diri untuk berbuat baik dan seterusnya yang semuanya itu memang haruslah ia yang melakukan dan tak mungkin meminjam tangan orang lain.
            Tegar bagai batu karang di tengah lautan, lembut bagaikan sapuan angin gurun pada musafir kelana itulah   Rieki . Setiap malam air mata ia teteskan diatas sajaddah panjangnya. Setiap malam alun merdu suaranya dendangkan ayat-ayat Illahi buktikan kecintaannya pada-Nya. Setiap malam tangannya memainkan butiran tasbih menyebut kesucian dan kemulian-Nya. Malam bagi  Rieki adalah malam penuh makna, detik demi detik ia untai dengan perjalanan nafs amarah , nafs lawammah, nafs mulhimah dan cita-cita mulianya menuju nafs muthmainah. Perjalanan panjang lidah api yang panas menjadi angin yang kadang tak tentu arah . Perjalanan panjang angin menjadi air yang menyejukkan dan selanjutnya menjadi tanah yang sentiasa berikan manfaat dan kesuburan meski diinjak-injak.
            Bagaikan berlian yang bersinar cemerlang itulah  Rieki, sosok hamba Allah yang bergumul dalam danau pertaubatan kubra yang penuh perjuangan. Sebagai istri ia  sadar sepenuhnya bahwa istri haruslah mengabdi pada suami , namun apakah ia akan mengabdi jika sang suami menyeretnya ke pinggir jurang ??? . Sekali lagi  Rieki istighfar, menunduk malu dan bermunajat pada Illahi, Allah subhanawataala.  Rieki terasa melayang jiwanya , jiwa yang telah ada sejak sperma sang ayah menempel di rahim ibundanya untuk kemudian berkembang menjadi janin, bayi, anak-anak, remaja, dewasa seperti sosoknya sekarang ini. Jika kemudian diberi umur akan jadi tua dan mati kembali ke asalnya. Dari berbagai pengajian yang diikutinya , Rieki akhirnya sadar betapa hawa-nafsu merupakan satu paket  keinginan-perbuatan yang apabila tidak dijinakkan akan menjebak kehidupan manusia di alam fana ini bagaikan terperosok ke dalam lumpur.
            “Aku gak suka dengan penampilanmu sekarang Rieki , terlalu alim untuk bisa sejajar dengan ibu-ibu kalangan kita” begitu keluhan  suaminya. Mengganti busana minim dan modern dengan busana muslimah ternyata membuat Yamin gerah . Rieki konsisten dengan prinsip mengubah sesuatu harus dari diri sendiri. Ia menyadari bahwa perjalanan pertaubatannya masih panjang, dan Allah swt memberinya cobaan yang berat yaitu suaminya sendiri dan Bapak dari anak-anaknya masih terus berkubang dalam keangkuhan duniawi.
            “ Aku ini wakil rakyat Rieki , gajiku besar, pendapatanku di luar gaji juga melimpah, deposito, rumah dan hartaku yang lain tak ternilai. Mudah saja bagiku untuk mengatur ini dan itu karena aku wakil rakyat dari partai besar yang berkuasa saat ini. Aku juga dekat dengan kalangan orang penting negri ini , mohon sebagai istri dirimu menyadari itu dan tak perlu berubah jadi aneh-aneh”  kata-kata yang meluncur dari mulut Yamin dengan intonasi tinggi terdengar serasa bunyi meriam di telinga Rieki .
Akhirnya Rieki  terus berdoa, berdoa dan berdoa …………………….. doa Rieki benar-benar doa tulus seorang hamba yang sadar bahwa ia adalah mahluk-Nya. Doa Rieki jauh dari doa matematika yang penuh angka-angka, atau  doa pedagang yang menghitung untung rugi. Rieki  mencoba berdoa dengan sebenar-benarnya doa.
            Ramadhan bagi Rieki adalah sebuah oase spiritual yang sangat ia dambakan. Ia dapat mereguk perjalanan asyik masyuk seorang hamba yang rindu dendam dengan kasih sayang sang Khaliq melalui alunan merdu ayat-ayat suci. Ia juga berkesempatan membangun empati pada sang papa fakir dhuafa melalui rasa lapar dahaga. Ia juga terus belajar memberi, belajar melepaskan baju-baju kesombongan dan kemegahan melalui berbagi rezeqi dalam zakat, infaq dan sedekah. Namun dari semua itu bagi seorang Rieki, yang paling istimewa adalah keyakinannya bahwa di ramadhan ini ia akan menjerit dan menangis. Rieki akan gelarkan seluruh pinta bermunajat pada Allah azza wajala.
            Di tahajudnya yang panjang, Rieki menangis dan meminta dalam untaian doa seorang hamba yang hina dan tunduk tersungkur di hadapan keperkasaan sang Khaliq pemberi hidup dan kehidupan . Doa tersebut terngiang lembut :
“Ya Allah, sang maha pemberi hidup dan kehidupan
Malam ini untuk ke sekian kalinya hamba menghiba
Malam ini untuk ke sekian kalinya hamba mengemis
Hamba sadar hanya kepadaMu lah tempat hamba meminta
Hamba sadar hanya kepadaMu lah tempat hamba berserah diri
Jika titik hidayah telah Kau percikkan di sanubariku
Jika cercah hikmah telah Kau guyurkan di jiwa ragaku
Berikanlah titik hidayah dan cercah hikmah-Mu kepada suamiku
Pada laki-laki yang jadi pendamping belahan jiwa di kehidupan ini
Hamba malu meminta surga-Mu ya Allah
Namun hamba sangat takut pada api neraka-Mu
Ya Allah, sang maha pengasih dan penyayang
Curahkan rahman dan rahim-Mu kepada hamba sekeluarga
Curahkan keberkahan-Mu kepada hamba sekeluarga
Dengarkan jeritan pinta hamba-Mu yang hina ini
Dengarkan tangisan ronta mahluk-Mu yang nista ini
Allahuma ya Allah, Aamiin ya Robbal Alamiin “
Doa tersenandung, tiupan angin berdengung, awan mendung dan alam semesta seolah menyimak senandung doa seorang hamba yang bernama Rieki.
            Rieki lanjutkan aktivitasnya dengan menyiapkan makan sahur, meskipun para asisten rumah tangganya siap menghidangkan menu sahur. Namun Rieki sebagai seorang istri dan ibu tetap dengan ikhlas terus melakukan tugasnya. Setelah 10 hari ramadhan, suaminya absen. Pada sahur hari ke-11 ramadhan tiba-tiba Yamin terbangun dan menjerit memanggil sang istri .  “Rieki, rieki, tolong kemari”. Rieki datang, mendapati suaminya menggigil. Yamin minta dipeluk, terlihat wajah Yamin pucat ketakutan. Yamin menangis di pundak Rieki, Yamin minta dipeluk kuat-kuat. Yamin minta dituntun membaca Istighfar. Rieki bingung, Rieki terkejut, Rieki terpana. Ya Allah, doaku Kau dengar. Ya Allah, doaku kau kabulkan. Ya Allah, doaku Kau tunaikan.
            “Rieki, istriku yang sholehah. Aku salah, aku banyak dosa, aku sombong, aku hina” .  “Rieki, ibu yang sholehah. Bantu aku bertaubat. Aku islam, aku muslim tai telah mengkhianati agamaku sendiri. Aku terlalu sombong sebagai hamba. Bantu ya istriku sayang. Aku mau menjalankan perintah Allah swt dan bersumpah untuk menjauhi larangan-Nya”.
            Menjelang azan berkumandang, di masjid terdengar suara kalam Illahi : “ Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang dibawahnya sungai-sungai……………………” (Al Qur’an, surat At-Tahrim ayat 8)

Astaghfirullah Robbal baroya Astaghfirullah minal Khothoya
(Aku mohon ampun kepada Tuhannya manusia.
Aku mohon ampun kepada Allah dari segala kesalahan)

Robbi zidni 'ilman nafi'an wawafiq li 'amalan maqbulan
(Tuhan, tambahkan aku ilmu yang bermanfaat
dan terimalah amal yang maqbul bagiku)

Wawahab li rizqon halalan watub 'alaina taubatan nasuha
(Berilah aku rizki yang halal
dan terimalah taubat nasuhaku)