Perempuan Jawa berkulit kuning
langsat dengan rambut panjang yang lurus, wajah bulat telur, bola mata hitam
dan senyum yang selalu terkulum adalah gambaran perempuan desa di kawasan Bumiayu
- Jawa Tengah yang bernama Sumirah. Perkenalanku dengan Sumirah yang kemudian kupanggil Yu
Sum (ketika aku menikah, anak-anak memanggilnya simbok dan akhirnya aku juga
memanggil simbok) , sejak usiaku 8 tahun. Simbok bekerja sebagai asisten rumah
tangga ibuku , ia selalu menampilkan kinerja yang prima. Walaupun ibuku hanya
tamat SMP, namun beliau sangat piawai menerapkan faktor motivator (2 factor theory) dalam mendongkrak
kinerja simbok. Jika ibu-ibu lain kulihat lebih banyak berbelanja sendiri ke
pasar, namun ibu kulihat lebih banyak mempercayakan simbok dalam berbelanja. Simbok
sangat bangga dan bahagia dengan kepercyaan tersebut (kepercayaan ibu kulanjutkan ketika simbok
bersamaku selama 10 tahun sebelum ia wafat) . Simbok sering menampilkan kejutan.
Dengan kemampuannya menawar yang piawai , ia mampu mengelola uang belanja dan membawa
buah atau bahan untuk memasak cemilan sore tambahan yang tidak direncanakan
sebelumnya. “Sum, lho kog ada nagasari sore ini darimana bahannya?” tanya ibuku.
Simbok tetap dengan senyum khasnya menyatakan bahwa ada kelebihan uang belanja
tadi dan ia belikan pisang plus kelapa untuk bahan nagasari (tepung beras
bisanya simbok buat sendiri). Simbok tipe pekerja yang patuh, sehingga pemberian faktor motivator oleh ibu membuat
kinerjanya meningkat. Bahkan tambahan tanggungjawab dan tugas makin mendongkrak
knerjanya. Kinerja simbok bagaikan spiral yang berkembang atau sering disebut Spiral Effective Cycle yang merupakan
sebuah siklus kinerja positif. (Note : ibu selalu mengatakan pada simbok jika
ada kelebihan uang belanja , simbok dipersilakan membeli bahan-bahan lain yang
menurutnya diperlukan). Perasaan bangga dipercaya dan diapresiasi prestasinya, membuat
simbok makin bergairah dalam bekerja.
Jika organisasi sibuk memoles
kompetensi SDM nya agar menjadi sosok yang profesional , simbok telah lama
melakukan hal itu. Terus terang kami sekeluarga kagum dengan profesionalitas
simbok. Simbok yang belajar memasak dari ibu secara tuntas mulai menu makanan
Jawa, Timur Tengah (abahku berasal dari Yaman), cake dan roti, kudapan gorengan
dan kukusan hingga aneka es. Hal itu
membuat simbok tak gentar ketika diberikan PR oleh ibu menyajikan masakan
dengan bahan dasar 1 ekor Kambing. Kambing yang disembelih di jam 6 pagi hari, pada
jam 12 siang akan terhidang beraneka hidangan di atas meja. Aroma sedap
mengalir , lengkap dengan eloknya sajian warna warni tertata apik di atas meja. Kedua tangan
Sumirah telah menyelesaikan aneka menu , sebut saja Marg Kambing , Saneh, Kari,
Sambal goreng ati, Gongsengan daging kambing, Sate atau lainnya. Tak lupa simbok akan menyiapkan
lalapan (timun, kemangi, lobak, selada , wortel ) bahkan acar timun, pacri nenas , cocktail papaya+jeruk
nipis juga kerupuk udang sebagai pelengkap hidangan. Acapkali simbok juga mampu
menyajikan nasi briyani istimewa yang sangat lezat. Yang sangat aku kagumi adalah, simbok tak pernah mengeluh dan tersenyum bahagia
melakukan semua itu.
Kekagumanku yang lain adalah karena
simbok niraksara (tak dapat membaca maupun menulis). Lho kog kagum dengan buta
huruf ? Tentu saja kagum, karena simbok adalah sosok niraksara yang luar biasa.
Simbok telah menutup kekurangannya dengan memoles potensi lainnya .
Ketidakmampuannya dalam membaca ia gantikan dengan mengasah daya ingat. Memory
folder simbok sangat rapi , sehingga ia mampu menghafal banyak surat dalam Al
Qur’an, nomor telpon rumah beberapa kenalan ibu, resep masakan dan kue-kue
bahkan menghafal nama-nma rekan ibu maupun abahku yang bekunjung ke rumah. Simbok
mampu menghafal berbagai resep masakan, hingga resep roti dan cake. Contohnya
ketika ia harus memasak Marmer cake, Bolu kukus, Nastar, Speculash dll. Simbok
mengeluarkan resep dari slot memorynya : Gula halus sekian gram, terigu sekian
gram, telur sekian butir. Memory nya juga teruji ketika simbok beribadah, hampir
seluruh ayat-ayat dalam juz Amma dapat dihafalnya dengan baik. Simbok juga menunjukkan kompetensinya dalam
hafalan: surat Yasin, As-Sajdah, Ar-Rahman, Al Mulk, Al Waqi’ah. Pertanyaannya
adalah bagaimana cara beliau menghafal ?
Sementara beliau tak dapat membaca ? . Hafalan tersebut adalah karena simbok
mampu mendengar secara efektif. Sistem
representasi Auditory nya ia fungsikan secara optimal sehingga ia mampu
melakukan hal itu.
Tak
hanya auditory. simbok mampu mengkombinasikan keseluruhan sistem representasi atau modalitas
yang ada pada dirinya secara piawai, sebagai berikut :
- Visual (penglihatan) : Simbok dengan cermat melihat bahan apa saja yang digunakan dan seberapa banyak, ketika ibuku mengajarinya sebuah resep baru . Simbok juga menyimak warna hidangan secara seksama, sehingga ia sangat peka ketika warna sambal goring ati nya kurang merah, atau ketika coklat pada poding yang dibuatnya kurang pekat.
- Auditory (pendengaran) : Simbok dengan cermat mendengar ketika ibuku membaca Al Qur’an, bahkan sering terlihat ia sangat khusyuk berada di dekat ibuku untuk mendengar dengan seksama bacaan ibuku . Bahkan terkadang ada dialog kecil sesudahnya. (Simbok tak segan bertanya kepada ibuku , jika ada yang kurang ia pahami. Bahkan ibu juga selalu menyempatkan diri mendengar dan menyimak hafalan simbok agar tak keliru). kadangkala simbok juga memintaku untuk menyimak bacaannya.
- Kinestetik (perasaan/perabaan/sentuhan) : Aku ingat bagaimana simbok menyentuh tekstur cake yang diajarkan ibuku sambil bertanya “ Harus selembut ini ya ndaranganten? “ (simbok memanggil ibundaku dengan sebutan ndaranganten, panggilan memuliakan majikan yang diberikan oleh simbok kepada ibuku). Simbok juga punya intuisi yang tajam “Wan, anak ini gak sayang sama anak kecil, kasihan nanti anak-anak cuma dicubiti saja” (Peringatan yang diberikan simbok, ketika aku merekrut tenaga pengasuh buat balita bungsuku karena simbok sudah makin tua). Prediksi simbok benar, pengasuh tersebut hanya 2 bulan di rumahku dan anak-anak juga kurang suka. Hal ini berbeda sekali ketika aku merekrut seorang gadis Aceh bernama Halimah untuk mengasuh anakku. Simbok sangat bahagia dan antusias merekom Halimah , dengan bahagianya ia katakan “ Wan, Halimah ini baik sekali dan sayang sama anak-anak”. Tanpa proses psikotest atau tools assessment canggih lainnya, simbok melakukan assessment dengan “hati” nya, ia mampu menyajika profil psikologis kandidat secara apik dengan opini yang tajam. aku sangat banyak mendapat kuliah kehidupan dari simbok.
- Olfactory (penciuman) : Simbok memiliki daya penciuman yang tajam. Khusus masakan maupun kue-kue, ia juga sangat mengandalkan daya penciumannya. Aku menyimak ketika ia sibuk mengambil tambahan kayu manis, karena menciuman aroma pacri nenas yang dimasaknya belum menebarkan aroma wangi di level standar yang diinginkannya. Tentang daya penciuman ini ternyata tak hanya dalam memasak, simbok juga sangat peduli dengan kebersihan dan perawatan rumah. “Pak , tolong bapak naik keatap. Itu ada tikus mati disitu” teriak simbok minta bantuan sopir abahku untuk mengambil bangkai tikus di atap. Mbok……mbok, sistem scan hidung simbok memang sangat canggih diberikan oleh Allah swt .
- Gustatory (pengecapan) : urusan lidah atau pengecapan insyaAllah tak dapat dipungkiri bahwa simbok termasuk orang-orang istimewa. Beberapa menu yang tak diajarkan ibu dapat disajikannya dengan apik dan memuaskan dengan cara berguru pada sampel seporsi menu yang dibeli di restoran. Analisa tentang bumbu, bahan dan jumlah akan keluar setelah simbok mencicipinya pada kunyahan pertama. Yang aku heran adalah, ketika menu tersebut mengandung bahan yang tak ia kenal maka ia akan menyampaikannya. Ini terjadi ketika simbok sudah bersamaku di Banda Aceh dan aku memintanya mencicipi kuah Pliek U , simbok berkata : “ wan, ini ada bumbu yang saya gak tahu” . Ya tentu saja karena dalam gulai Pliek U harus ada Pliek yang pada saat pertama kali ia ke Banda Aceh belum ia kenal. Setelah mertuaku mengajarinya, simbok kemudian mampu menyajikan kuah Pliek U khas Aceh yang maknyuss.
Simbok , perempuan sederhana yang
memiliki beribu derita kehidupan (misal: menjanda di usia 16 tahun dll). Mampu mendaur
pesimisme penderitaannya menjadi opimisme akan harapan serta kebahagiaan. Mbok,
apa sih resepnya……….. “ Wan, kita mesti selalu bersyukur pada Allah swt akan
segala nikmat yang telah dilimpahkan buat kita” , itu salah satu nasehat yang
sering kudengar khususnya ketika aku curhat padanya. Benar mbok, simbok tak
hanya Living namun Thriving.
Simbok menapaki hari-hari dengan
penuh rasa syukur, simbok seorang perempuan sederhana dari desa telah menjadi
sosok “ibu” buat diriku dan anak-anakku. Simbok telah ikut mendidik generasi,
menebar manfaat yang sangat banyak buat orang-orang di sekeliling simbok. Rasa Syukur sebagai
salah satu akhlaq yang tinggi menjadi resep yang maha dahsyat buat kehidupan
simbok , hal ini sejalan dengan firman Allah swt dalam Al Qur’an yang artinya :
Dan
ingatlah juga tatkala Tuhan-mu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih””. (Ibrahim; 14 : 7)Janji Allah swt buat hambanya yang bersyukur telah simbok contohkan secara utuh.
Medan, 28092014
(Al Fatihah buat almarhumah Simbok Sumirah binti Sahidi, Perempuan sederhana, salah satu ibu dan "profesor" dalam universitas kehidupanku yang selalu kukenang)