Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga
apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya
Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)
Tercekat bu Lastri setelah
tadarusnya sampai di ayat ini, setelah sampai di jus 26 Al Qur’anul karim dan seperto biasa ia baca
terjemahannya setelah ia bertadarus . Senandung doa ia panjatkan ke hadirat
Illahi buat alamrhum dan almarhumah kedua orangtuanya. Namun kali ini setelah
tadarus dan membaca terjemahnya ingatan yang kuat justru kepada putranya yaitu
Rino. Ibu mana yang tak bangga punya
putra seperti Rino. Sosok pemuda idaman masa kini , pemuda yang sholeh dengan
prestasi di kampus yang cemerlang , pengalaman sebagai pemimpin organisasi yang
seabreg, wajah ganteng , pergaulan luas plus berbakti pada orang tua. Khususnya
indikator pertama yaitu sholeh dan indikator terakhir yaitu bakti pada orang
tua adalah 2 hal yang paling membanggakan. Hal itu pula yang dirasakan oleh Ibu
Lastri, Sosok ibu yang mulai beranjak tua, mempunyai 2 bah hati yaitu Rino dan
Ita. serta punya kesibukan sehari-hari sebagai penjahit.
Bulan ramadhan seperti ini bagi bu
Lastri adalah bulan yang sangat sibuk, sibuk karena orderan jahitan yang
meningkat ditambah dengan deadline dari para pelanggan yang semuanya mau cepat.
Bu Lastri dengan 5 orang asistennya senantiasa siap melayani secara prima
sekaligus menjaga kepuasan pelanggan modistenya yang rata-rata merupakan
pelanggan loyal. Meskipun telah bermunculan modiste lain yang berpenampilan
trendy, modiste bu Lastri tetap ramai pelanggan. Hal itu karena baju produksi
modiste nya boleh dikatakan sekelas butik terkenal, dan bu Lastri pandai
menjaga ikatan emosional dengan para pelanggannya serta tentu saja semua itu
karena rezki yang dilimpahkan Allah swt kepadanya. Bu lastri mempunyai
kehidupan pribadi yang lempang-lempang saja, setidaknya untuk ukuran keluarga
masa kini yang biasanya penuh riak gelombang. Keluarga bu Lastri tergolong
keluarga bahagia dan sakinah. Suami beliau pak Hardi adalah pensiunan pegawai
negri yang kini disibukkan mengurus kebun buah-buahan di kampung. Jarak tempat
tinggal dengan kampungnya yang hanya 15 kilometer membuat pak hardi
sanggup seminggu 3 kali ke kebun.
Alhamdulillah buah-buahan yang ditanam pun subur dan mendatangkan rezki buat
keluarga tersebut. Bulan ramadhan yang sibuk,
namun bu Lastri dan pak hardi sekeluarga tetap mengutamakan ibadah dan
sedekah seperti juga di bulan-bulan lainnya.
Yang spesial di bulan ramadhan kali
ini adalah bulan ramadhan pertama tanpa Rino sama sekali. Ini adalah tahun kedua
Rino bekerja sebagai jajaran manajemen muda di sebuah perusahaan
internasional. Setelah ia wisuda 2 tahun
lalu, Rino melamar ke perusahaan Singapura dan tepat setelah idul fitri 2 tahun
lalu Rino mulai bekerja di cabang perusahaan tersebut yang di Jakarta. ‘Bunda,
aku lulus tes di PT. AIMEC Group dan
insyaaAllah aku ditempatkan di Jakarta’ , saat Rino mengucapkan kalimat itu bu
lastri tak kuasa menitik air mata tanda syukur dan terharu atas rezki yang
diberikan Allah swt pada putra tercintanya itu. Air mata yang menetes sekaligus
merupakan air mata bayangannya yang panjang bahwa sebentar lagi Rino akan pergi
dari rumah. Hal itu artinya ia tak akan melihat canda tawa putranya yang ceria
itu dalam jangka waktu yang lama. ‘ Sudahlah bunda tak usah menangis, toh bunda
bisa nanti ke Jakarta sama ayah kalau
bunda kangen sama aku’ hibur Rino. ‘ Lagi pun kan masih ada Ita di rumah, aku
sudah pesan sama Ita bahwa dia harus
jaga bunda dan ayah baik-baik. Aku juga akan sering menelpon bunda dan ayah’ tambah Rino meyakinkan.
Karir Rino melejit, tahun lalu ia dipromosikan ke cabang
perusahaan tersebut yang di Jepang. Sebelum berangkat ke Jepang Rino minta ayah bundanya melamar Gita. Gadis
yang dikenalnya di Jakarta. ‘ Bunda pasti cocok dengan Gita, ia gadis yang
sholehah, baik hati dan yang terpenting ia menerima Rino apa adanya’ ungkap
Rino ketika meyakinkan bundanya akan pilihannya. Sekali lagi bu Lastri menangis
bahagia, putra kecilnya kini telah dewasa dan menemukan pendamping hidupnya. Ia
hanya berpesan ‘Sayangi istrimu dan jaga dia baik-baik, ia adalah belahan hati
dan calon ibu anak-anakmu’ . Akhirnya Rino pun berangkat ke Jepang bersama Gita
istrinya, menantu bu Lastri dan pak Hardi.
Ramadhan
ini adalah sebuah perhelatan panjang, malam-malam qiyamullail. Malam bu Lastri
tersungkur ke hadapan Illahi membentangkan selembar kain perjalanan doa yang
panjang. Ia seperti menenun perjalanan doa putra tercintanya itu. Tiba-tiba ia
seperti meyimak kembali kelahiran Rino, bayi mungil yang berat dan sehat yang
menyita energinya. Bu Lastri tersenyum, rasanya tahun-tahun itu baru kemarin
berlangsung. Betapa fana dan singkatnya dunia. Bu Lastri juga menangkap episode
Rino bersekolah dengan segenap penghargaan yang diperolehnya . Rino berolah
raga dengan segenap penghargaan yang diperolehnya. Rino tumbuh dewasa , ia
pupuk dengan senandung doa yang tak pernah putus. Tak putus doanya buat Rino,
putra yang menyayanginya setulus hati. Ketika ia jatuh dan tak bisa berjalan
selama 2 bulan pada beberapa tahun yang lalu, Rino lah yang selalu menuntun dan
memapahnya ke kamar mandi. Saat itu bu Lastri istirahat total meskipun
modistenya tetap jalan. ‘Bunda, bunda
istirahat saja. Ini sudah aku siapkan buah, kue, air minum. Ntar bunda kalau
mau ke kamar mandi telpon saja aku ya bun, aku akan langsung pulang’ tegas
Rino. Ayah maupun Ita tak sanggup
mengangkat bu Lastri dari kasur, hanya Rino lah yang sanggup. Namun Rino tetap
setia merawat ibundanya meskipun tahun-tahun itu adalah tahun-tahun menjelang
akhir kuliah dengan kesibukan yang menggunung. ‘Astaghfirullah, aku tak boleh
cengeng, aku harus ikhlas, aku ibunya, aku harus ikhlas dan ridho dengan
segenap perjalanan takdir anak-anakku’ gumam bu Lastri.
Ia
tak tahu apakah Rino pulang atau tidak lebaran ini, menurut percakapan via Line
kemarin Rino dan Gita aan berlebaran di Tokyo. Bu Lastri tahu itu, namun entah
mengapa kerinduan pada Rino yang teramat sangat tak cukup ia bentangkan dalam
doa doa panjang saja. Ia ingin ungkapkan dengan bentuk lain, ia ingin ungkapkan
dengan membuat sendiri kue nastar kesukaan Rino. Bu Lastri diganggu pak Hardi
dan Ita, ‘ mau buat nastar untuk bunda sendiri ya, kan Ita dan ayah gak hobi
nastar. Cuma bunda dan bang Rino yang hobi nastar’ ledek Ita. Bu Lastri membuka
kembali buku resep tulisan tangannya sejak ia gadis usia SMP. Ia dapat resep
nastar dari almarhumah ibundanya.
Nastar, bahan : 1 telur, 200 gram mentega,
25 gram gula halus dan seterusnya. Bergegas
ia ke toko bahan kue, ia persiapkan segala sesuatunya sendiri. Ia buat selai
nenas dengan penuh cinta, ia aduk adonan nastar dengan penuh rindu, ia gubah
bentu nastar dengan penuh kasih, ia oven kue nastar dengan penuh sayang. Nastar
buatan bu Lastri kali ini bukan sekedar
kue nastar biasa. Ia adalah kue nastar kehidupan, kue nastar cinta kasih
seorang ibu pada anaknya. Ia menyusun kue nastar di toples sambil mendendangkan
zikrullah dan sholawat dan memvisualisasikan putra yang dicintainya. 2 toples ia dapatkan nastarnya, toples
pertama buat Rino & Gita, toples kedua untuk seisi rumah & para tamu.
Bu
lastri memotret toples nastar tersebut, ia mengirimnya via Line ke Rino dan
Gita. Rino dan Gita menangis menerima cinta ibundanya lewat setoples nastar,
anak beranak itu saling mengucap maaf lahir batin di idul fitri. Bu Lastri sklg
bahagia, Rino dan Gita di Tokyo juga bahagia. ‘ Bunda, aku kangen bunda ayah
dan Ita. Aku juga kangen nastar buatanmu bunda’ . Toples nastar terdiam, cinta
anak manusia teraduk didalamnya
Batoh,
26 Juni 2016