salam

selamat datang ke blog saya , tulisan-tulisan kecil seputar manusia dalam dunia kerja , pendidikan dan keluarga dapat anda ikuti di blog ini. semoga bermanfaat buat para pembaca

Sabtu, 25 Juni 2016

SETOPLES NASTAR BUAT RINO (Sebuah cerpen oleh Nur Janah Al Sharafi)





Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)

            Tercekat bu Lastri setelah tadarusnya sampai di ayat ini, setelah sampai di jus 26 Al Qur’anul karim dan seperto biasa ia baca terjemahannya setelah ia bertadarus . Senandung doa ia panjatkan ke hadirat Illahi buat alamrhum dan almarhumah kedua orangtuanya. Namun kali ini setelah tadarus dan membaca terjemahnya ingatan yang kuat justru kepada putranya yaitu Rino. Ibu mana yang tak bangga punya  putra seperti Rino. Sosok pemuda idaman masa kini , pemuda yang sholeh dengan prestasi di kampus yang cemerlang , pengalaman sebagai pemimpin organisasi yang seabreg, wajah ganteng , pergaulan luas plus berbakti pada orang tua. Khususnya indikator pertama yaitu sholeh dan indikator terakhir yaitu bakti pada orang tua adalah 2 hal yang paling membanggakan. Hal itu pula yang dirasakan oleh Ibu Lastri, Sosok ibu yang mulai beranjak tua, mempunyai 2 bah hati yaitu Rino dan Ita. serta punya kesibukan sehari-hari sebagai penjahit.
            Bulan ramadhan seperti ini bagi bu Lastri adalah bulan yang sangat sibuk, sibuk karena orderan jahitan yang meningkat ditambah dengan deadline dari para pelanggan yang semuanya mau cepat. Bu Lastri dengan 5 orang asistennya senantiasa siap melayani secara prima sekaligus menjaga kepuasan pelanggan modistenya yang rata-rata merupakan pelanggan loyal. Meskipun telah bermunculan modiste lain yang berpenampilan trendy, modiste bu Lastri tetap ramai pelanggan. Hal itu karena baju produksi modiste nya boleh dikatakan sekelas butik terkenal, dan bu Lastri pandai menjaga ikatan emosional dengan para pelanggannya serta tentu saja semua itu karena rezki yang dilimpahkan Allah swt kepadanya. Bu lastri mempunyai kehidupan pribadi yang lempang-lempang saja, setidaknya untuk ukuran keluarga masa kini yang biasanya penuh riak gelombang. Keluarga bu Lastri tergolong keluarga bahagia dan sakinah. Suami beliau pak Hardi adalah pensiunan pegawai negri yang kini disibukkan mengurus kebun buah-buahan di kampung. Jarak tempat tinggal dengan kampungnya yang hanya 15 kilometer membuat pak hardi sanggup  seminggu 3 kali ke kebun. Alhamdulillah buah-buahan yang ditanam pun subur dan mendatangkan rezki buat keluarga tersebut. Bulan ramadhan yang sibuk,  namun bu Lastri dan pak hardi sekeluarga tetap mengutamakan ibadah dan sedekah seperti juga di bulan-bulan lainnya.
            Yang spesial di bulan ramadhan kali ini adalah bulan ramadhan pertama tanpa Rino sama sekali. Ini adalah tahun kedua Rino bekerja sebagai jajaran manajemen muda di sebuah perusahaan internasional.  Setelah ia wisuda 2 tahun lalu, Rino melamar ke perusahaan Singapura dan tepat setelah idul fitri 2 tahun lalu Rino mulai bekerja di cabang perusahaan tersebut yang di Jakarta. ‘Bunda, aku lulus tes di PT. AIMEC  Group dan insyaaAllah aku ditempatkan di Jakarta’ , saat Rino mengucapkan kalimat itu bu lastri tak kuasa menitik air mata tanda syukur dan terharu atas rezki yang diberikan Allah swt pada putra tercintanya itu. Air mata yang menetes sekaligus merupakan air mata bayangannya yang panjang bahwa sebentar lagi Rino akan pergi dari rumah. Hal itu artinya ia tak akan melihat canda tawa putranya yang ceria itu dalam jangka waktu yang lama. ‘ Sudahlah bunda tak usah menangis, toh bunda bisa nanti ke Jakarta sama ayah  kalau bunda kangen sama aku’ hibur Rino. ‘ Lagi pun kan masih ada Ita di rumah, aku sudah pesan sama  Ita bahwa dia harus jaga bunda dan ayah baik-baik. Aku juga akan sering menelpon bunda dan ayah’  tambah Rino meyakinkan.
            Karir Rino melejit,  tahun lalu ia dipromosikan ke cabang perusahaan tersebut yang di Jepang. Sebelum  berangkat ke Jepang  Rino minta ayah bundanya melamar Gita. Gadis yang dikenalnya di Jakarta. ‘ Bunda pasti cocok dengan Gita, ia gadis yang sholehah, baik hati dan yang terpenting ia menerima Rino apa adanya’ ungkap Rino ketika meyakinkan bundanya akan pilihannya. Sekali lagi bu Lastri menangis bahagia, putra kecilnya kini telah dewasa dan menemukan pendamping hidupnya. Ia hanya berpesan ‘Sayangi istrimu dan jaga dia baik-baik, ia adalah belahan hati dan calon ibu anak-anakmu’ . Akhirnya Rino pun berangkat ke Jepang bersama Gita istrinya, menantu bu Lastri dan pak Hardi.
Ramadhan ini adalah sebuah perhelatan panjang, malam-malam qiyamullail. Malam bu Lastri tersungkur ke hadapan Illahi membentangkan selembar kain perjalanan doa yang panjang. Ia seperti menenun perjalanan doa putra tercintanya itu. Tiba-tiba ia seperti meyimak kembali kelahiran Rino, bayi mungil yang berat dan sehat yang menyita energinya. Bu Lastri tersenyum, rasanya tahun-tahun itu baru kemarin berlangsung. Betapa fana dan singkatnya dunia. Bu Lastri juga menangkap episode Rino bersekolah dengan segenap penghargaan yang diperolehnya . Rino berolah raga dengan segenap penghargaan yang diperolehnya. Rino tumbuh dewasa , ia pupuk dengan senandung doa yang tak pernah putus. Tak putus doanya buat Rino, putra yang menyayanginya setulus hati. Ketika ia jatuh dan tak bisa berjalan selama 2 bulan pada beberapa tahun yang lalu, Rino lah yang selalu menuntun dan memapahnya ke kamar mandi. Saat itu bu Lastri istirahat total meskipun modistenya tetap  jalan. ‘Bunda, bunda istirahat saja. Ini sudah aku siapkan buah, kue, air minum. Ntar bunda kalau mau ke kamar mandi telpon saja aku ya bun, aku akan langsung pulang’ tegas Rino.  Ayah maupun Ita tak sanggup mengangkat bu Lastri dari kasur, hanya Rino lah yang sanggup. Namun Rino tetap setia merawat ibundanya meskipun tahun-tahun itu adalah tahun-tahun menjelang akhir kuliah dengan kesibukan yang menggunung. ‘Astaghfirullah, aku tak boleh cengeng, aku harus ikhlas, aku ibunya, aku harus ikhlas dan ridho dengan segenap perjalanan takdir anak-anakku’ gumam bu Lastri.
Ia tak tahu apakah Rino pulang atau tidak lebaran ini, menurut percakapan via Line kemarin Rino dan Gita aan berlebaran di Tokyo. Bu Lastri tahu itu, namun entah mengapa kerinduan pada Rino yang teramat sangat tak cukup ia bentangkan dalam doa doa panjang saja. Ia ingin ungkapkan dengan bentuk lain, ia ingin ungkapkan dengan membuat sendiri kue nastar kesukaan Rino. Bu Lastri diganggu pak Hardi dan Ita, ‘ mau buat nastar untuk bunda sendiri ya, kan Ita dan ayah gak hobi nastar. Cuma bunda dan bang Rino yang hobi nastar’ ledek Ita. Bu Lastri membuka kembali buku resep tulisan tangannya sejak ia gadis usia SMP. Ia dapat resep nastar dari almarhumah ibundanya.
            Nastar, bahan : 1 telur, 200 gram mentega, 25 gram gula halus  dan seterusnya. Bergegas ia ke toko bahan kue, ia persiapkan segala sesuatunya sendiri. Ia buat selai nenas dengan penuh cinta, ia aduk adonan nastar dengan penuh rindu, ia gubah bentu nastar dengan penuh kasih, ia oven kue nastar dengan penuh sayang. Nastar buatan bu Lastri  kali ini bukan sekedar kue nastar biasa. Ia adalah kue nastar kehidupan, kue nastar cinta kasih seorang ibu pada anaknya. Ia menyusun kue nastar di toples sambil mendendangkan zikrullah dan sholawat dan memvisualisasikan putra yang dicintainya.  2 toples ia dapatkan nastarnya, toples pertama buat Rino & Gita, toples kedua untuk seisi rumah & para tamu.
Bu lastri memotret toples nastar tersebut, ia mengirimnya via Line ke Rino dan Gita. Rino dan Gita menangis menerima cinta ibundanya lewat setoples nastar, anak beranak itu saling mengucap maaf lahir batin di idul fitri. Bu Lastri sklg bahagia, Rino dan Gita di Tokyo juga bahagia. ‘ Bunda, aku kangen bunda ayah dan Ita. Aku juga kangen nastar buatanmu bunda’ . Toples nastar terdiam, cinta anak manusia teraduk didalamnya
Batoh, 26 Juni 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar