salam

selamat datang ke blog saya , tulisan-tulisan kecil seputar manusia dalam dunia kerja , pendidikan dan keluarga dapat anda ikuti di blog ini. semoga bermanfaat buat para pembaca

Selasa, 31 Desember 2013



VIRUSNYA SANG PENGUASA
            Suatu sore di pinggir pantai, sambil menikmati segarnya air  kelapa muda. Saya dan suami bertemu seorang rekan yang bertahun-tahun hidupnya dihabiskan di negri orang. Banyak cerita mengalir tentang pengalaman hidupnya, namun dari segudang cerita tersebut saya tertarik dengan sebuah kalimatnya yang cukup menyentak. “ Orang baik dan kebaikan yang makin langka di negri kita ini”. Kalimat ini tak hanya benar dalam pikiran, jika kita gunakan perasaan kita yang paling halus kata-kata rekan ini memang sulit untuk dipungkiri betapa langka dan makin mahalnya sebuah kebaikan di negri ini. Terlalu banyak panggung sandiwara dipentaskan di dunia nyata, sehingga para seniman yang semestinya mementaskan di panggung  makin tipis saja lahannya.
            Berbagai sendi negara baik itu eksekutif, legislatif maupun yudikatif makin atraktif dalam fragmen sandiwaranya. Sehingga rakyat tak ubahnya seperti penonton yang bergegas menunggu serial lakon-lakon berikutnya. Namun ada juga sebagian rakyat yang menjadi penonton apatis sehingga membiarkan pelakon-pelakon “ eleyu” (eksekutif, legislative dan yudikatif) jungkir balik diatas panggung. Ini memang sebuah ironi, namun ini tetap harus dilakoni.  Kekuasaan itu seperti candu dan memabukkan (Mahfud MD), kalimat ini sulit dipungkiri jika kita telaah dengan realita negri ini. Kekuasaan mayoritas diposisikan sebagai  entitas yang memiliki efek addiksi, seolah siapapun yang mereguknya akan ketagihan serta cenderung meminta dosis yang lebih tinggi. Kekuasaan juga tampil seperti virus yang kadang menggerogoti karakter positif yang menyandangnya hingga kronis. Kog bisa begitu ya ? pertanyaan yang sering mengusik hati tentang mengapa terjadi pembonsaian karakter sosok yang sedang berkuasa. Mengapa penguasa yang arif dan bijaksana dan penuh dengn kebaikan makin langka ? (Masih berbangga dengan sosok pemimpin atau pimpinan yang berjiwa pemimpin, sebut saja  urut abjad : Anis baswedan, Jokowi, Mahfud MD, Risma walkot Surabaya …………….. silakan lanjutkan daftarnya dan semoga semakin banyak).
            Apakah para “eleyu” yang terkena virus karakter negatif itu juga dilahirkan dalam keadaan suci ? Ya jelas iya bahkan “2000”  persen iya. Mereka adalah bayi yang suci bersih tak bernoda. Semoga para orang tuanya juga menunggu kehadiran mereka ke dunia dengan penuh cinta. Dimana konsletnya ya ? Barbara Fredrickson (1998) mengemukakan pentingnya emosi positif dan memiliki dampak yang luas dan mendalam, tak hanya sekedar perasaan kita menjadi senang.   Secara rinci dinyatakan sebagai berikut :         1. Emosi positif ternyata memiliki tujuan yang mulia dalam evolusi . Potensi manusia terasah lebih luas dn tajam melalui emosi positif, sebut saja aspek intelektual seperti  inteligensi dan kreatif  , aspek fisik bahkan aspek sosial –kepribadian.
2. Salah satu studi eksperimen yang dilakukan oleh Fredrickson terhadap anak-anak maupun orang dewasa adalah tentang proses melejit dan meluasnya kapasitas intelektual responden dalam suasana emosi positif.   
3. Emosi positif ternyata berenergi tinggi sehingga berdampak pada keceriaan, kesehatan, daya tahan tubuh dan melindungi diri dari kondisi buruk proses penuaan
4. Emosi positif juga meningkatkan produktivitas kerja  seseorang
Emosi positif pada diri seorang anak akan menghadirkan efek spiral yang antara lain terbentuknya sifat dan karakter yang positif. Bagaimana mungkin membangun karakter positif dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, tayangan televise, siaran radio, internet , berita di media cetak yang sarat dengan peragaan dan kemasan negatif ?
            Si “Berat” yang kini di hukum berat karena tindak pidana korupsi, tentunya dulu adalah si “Berat” yang putih bersih, lahir dengan berat badan sekian kg dan panjang badan sekian cm . Dalam riwayatnya si “ Berat” mengalami  hal sebagai berikut :
1.      Ia lucu, tampan dan ceria
2.      Sejak kecil sering menyaksikan bapak dan ibunya bertengkar
3.      Sejak kecil ia sering menyaksikan tayangan sinetron yang isinya agresivitas verbal maupun perilaku
4.      Ia belajar agama , dan diminta oleh orang tuanya agar menjalankan perintah gama. Namun  ia sering menyaksikan orang-orang dewasa di sekitarnya hanya pandai mengatakan namun tidak melakukan
5.      Ia sering membaca tokoh penting yang ternyata perilakunya negatif, serta ditulis sangat besar, atraktif dan  mencolok di media cetak
6.      Di sekolah, di tempat kerja , di lingkungan sekitarnya ternyata ia juga sering menyaksikan orang-orang yang tidak satu kata dengan perbuatan.
7.      Si “berat” tumbuh menjadi sosok yang arogan, Machiavellian (halalkan segala cara untuk mendapat hasil), tamak dan segudang karakter negatif lainnya.
Virus-virus negatif secara bertahap namun pasti masuk ke dalam dirinya, akhirnya si “berat” nekad menjadi sosok yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Jadilah ia koruptor dan kini meringkuk  di balik jeruji besi.  Si “berat” lupa  bahwa setiap titik perilakunya akan dimintai pertanggungjawaban tak hanya oleh rakyat yang mestinya ia layani  namun juga memiliki dimensi spiritual pertanggung jawaban kepada sang Khaliq. Si “berat”  lupa dengan firman Allah swt :   Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kalian memahaminya (QS :Al An'am 32)                                                                                          
                                                                                                                      (Batoh, 01012014)





Selasa, 29 Oktober 2013

BUNDO PUTRIE ( Sebuah cerpen oleh Nur Janah Nitura)



          Sepintas gedung bercat merah jambu itu biasa saja. Bangunan tahun 80-an seluas lebih kurang 500 meter kubik diatas tanah yang luasnya hampir dua hektar memang bukan apa-apa. Bahkan bangunan tersebut terkesan sangat kecil  dan menjadi hanya menarik karena warna catnya yang sangat kontras dengan warna hijau pohon-pohon dan rerumputan yang ada di  sekelilingnya. Dari kejauhan terlihat perempuan tengah baya melangkah anggun dengan baju kurung warna pink dan sanggul sederhana. Di wajahnya nampak tegang dan lelah terlihat ada sesuatu yang sangat serius yang tengah dipikirkannya. Perempuan ini berjalan menuju ruang tengah gedung tersebut dan ternyata di ruang tengah gedung tersebut telah berkumpul sekitar seratusan lebih perempuan muda dengan wajah yang elok rupa.
“Terus terang aku sangat gerah dengan pemberitaan  media akhir-akhir ini tentang diriku” Ujar perempuan tengah baya itu
“Aku adalah ratumu, ratu nuswantara yang diberi tugas cukup berat untuk kemenangan kaum kita” tambahnya
Tak terdengar kembali suaranya, ia hanya bergumam sesaat untuk kemudian diam, diikuti oleh ratusan perempuan muda di sekelilingya yang serentak diam tak mengeluarkan sepatah kata bahkan sebutir huruf pun dari mulutnya. Seorang perempuan berseragam hitam pekat masuk ke ruangan dan membagi-bagi  semacam fotocopy dokumen untuk  seluruh isi ruangan. Semua terdiam dan sangat serius membaca dokumen tersebut kemudian mereka serentak berdiri mengikuti ajakan ‘pimpinannya’.
          Komunitas “Putrie Mawar” adalah komunitas hitam, komunitas alam gelap yang didisain menjadi bagian dari sebuah grand design kekuatan gelap dunia dengan menggunakan perempuan-perempuan muda yang cantik dan cerdas  yang  menganut agama ‘materi’ dan menyembah dewa ‘uang’. Perempuan muda yang rapuh imannya menjadi sasaran empuk untuk direkrut komunitas “Putrie Mawar” . Sebagai bukti masuk  anggota komunitasnya akan  diikat dengan perjanjian dunia gelap yang katanya seumur hidup mereka.  Anggota Komunitas ini  terdiri dari berbagai profesi terhormat seperti  politisi, pengusaha, pendidik, wartawati, akuntan, dokter, psikolog, konsultan, arsitek , artis  dan profesi lainnya. Tampilan luar anggota komunitas ini terlalu lentur sehingga ia akan mengikuti bentuk, warna  bahkan aroma dimana lingkungan mereka berada.  Ketika mendapat tugas di kota Saga maka ia akan mengenakan baju encim, kepang rambut dan bicara bahasa melayu campur mandarin sedikit agar sesuai dengan adat dan budaya kota Saga yang mayoritas penduduknya masih keturunan dewi Kuan im. Utusan Kota Saga dipilihlah Rani.  Rani ditugaskan mengendalikan Kota Saga dengan selubung profesi pengusaha. Rani berhasil meyakinkan Bapak Manajer Kota untuk melegalkan lokalisasi, memberi ijin Pusat Kasino dan beberapa Diskotik. Rani , menjadi sosok perempuan pengusaha yang sukses di mata penduduk Kota Saga. Rani adalah The Second Woman yang menyetir Bapak  Manajer kota. Sesuai dengan falsafah alam gelap, Rani benar-benar The econd woman  yang tak hanya bermitra dalam  dunia kerja namun juga menjadi teman luar dalam bagi sang Manajer Kota. Rani telah menggandaikan hidupnya dengan penguasa kegelapan, sehingga setiap jengkal tubuh dan jiwa Rani telah tergadai.  Ketika Rani meneguk “bir maksiat” dan mengunyah “bangkai kebejatan” saat itu derajat Rani terjun bebas ke titik nadir paling rendah sebagai manusia yang tak mensyukuri kemanusiaannya. Rani dan Manajer Kota menjadi pasangan iblis  yang menjual paket dunia gelap dalam kemasan modern. Kota Saga menjadi Kota iblis dengan misi meng’iblis’kan manusia.
          Pada level yang lebih kompleks, kita lihat penampilan Palupi. Perempuan  cantik, gesit dan genit ini mendapat tugas yang lebih ribet dibanding Rani. “Palupi, tugasmu di Distrik Surau” Tegas perempuan tengah baya yang memimpin komunitas itu. Perempuan tengah baya yang sering dipanggil  “Bundo Putrie” ini adalah perempuan yang mampu menampilkan maskulinitas dan feminitasnya secara tepat. Sehingga ketika ia berhadapan dengan anggota komunitasnya, ia lebih menampilkan ketegasan maskulin meskipun penampilannya sangat feminin. Kebaya dan sanggul adalah kostum kebesarannya, dan tak ada yang dapat menyangkal kalau itu memang feminin.   Distrik Surau dipimpin oleh Direktur Distrik yang bernama Argo. Palupi masuk sebagai seorang konsultan IT yang cerdas. Ia hadir di setiap acara pak Argo, ia dekati, ia layani, ia taklukkan hati dan tubuh Argo dengan kemolekan  rupa dan tubuhnya.  Seluruh Kepala bagian di Distrik itu tak hanya tunduk pada Argo melainkan juga tunduk pada Palupi. Mereka bak kerbau dicucuk hidung, jika  berada di depan Palupi. Argo pun mata gelap, kekuasaan hitam  benar-benar telah merasuk pada dirinya. Berbagai proyek ia serahkan bulat-bulat pada Palupi . Palupi, berhasil menjadikan dirinya The Second Woman di Distrik Surau. Ia menjadi sangat terkenal, bahkan lebih terkenal dari Nyonya Argo sekalipun.
“Kita ini perempuan-perempuan pilihan, kita dipilih oleh penguasa kegelapan untuk menjadi The Second Woman”  tegas Bundo Putrie pada anggota komunitas  Putrie Mawar
“Kita ini dipilih untuk menemani siapapun yang memiliki kekuasaan di seantero Nuswantara ini” tambahnya.
          The Second Woman, perempuan kedua dia belakang layar kekuasaan Nuswantara telah ada sejak dahulu. Perempuan kedua ini dapat berujud manusia sejati yang benar-benar paham akan hakekat dirinya sebagai manusia dan mahluk sang Maha Pencipta. Perempuan kedua tipe ini biasanya hadir sebagai pendatang yang sah dengan sebuah ikatan perkawinan, dia yang biasa disebut dengan “madu” atau isteri kedua. Perempuan tipe ini bisa dibenci bisa juga disayang. Meski dikotomis yang ekstrim terjadi dalam realita , namun tak jarang perempuan tipe ini menjadi “penyelamat” ekonomi maupun politik seorang laki-laki. Yah………..dapat kita survey betapa banyaknya isteri kedua yang kemudian menjadi manajer bisnis suami atau bisnis keluarga. Atau betapa banyak isteri kedua yang kemudian menjadi manajer kampanye atau manajer politik sang suami.TheSecond Woman tipe ini hadir dengan latar cahaya putih yang sama sekali tak ada kaitan dengan komunitas Putrie Mawar.
          The Second Woman yang direkrut oleh komunitas Putrie Mawar berujud manusia setengah iblis atau bahkan iblis itu sendiri yang hadir dengan topeng manusia. Bagaimana mitos  Nyai Rara  Kidul dalam kekuasaan raja-raja di tanah  Zawa. Sang Nyai yang selalu mendampingi sang raja manakala sang raja kirab keliling kerajaan, atau bahkan sang Nyai yang hadir ketika raja duduk di singgasananya. Kekuasaan gelap telap merayapi singgasana para raja tanah Zawa dan secara diam-diam juga memasuki tampuk kekuasaan modern tak hanya di tanah Zawa namun juga di seisi kepulauan Nuswantara.
          Hening suasana Rumah ber cat warna pink itu. Anggota komunitas sering menyebutnya dengan nama Griya Jambon (Griya = rumah, Jambon = pink). Keheningan yang mencekam itu pecah oleh suara Muna. “Bundo, aku menyatakan mundur dari komunitas ini” tegas Muna, gadis 25 tahun yang telah bergabung dengan komunitas ini selama 3 tahun terakhir. Muna adalah gadis cerdas yang berasal dari keluarga terhormat. Ayah bundanya adalah pasangan dokter yang sukses di sebuah kota . Muna menyelesaikan pendidikan kedokterannya dalam usia yang masih sangat muda yaitu 22 tahun. Muna direkrut oleh komunitas ini melalui sosok Runi yang sebelum perekrutan telah menjdi sahabat Cyber Muna. Runi berhasil mencuci otak Muna perlahan namun pasti. Logika Muna mulai rapuh dan digantikan oleh fantasi jahanam yang disusupkan oleh Runi secara sistematis. Muna kemudian menjadi anggota komunitas ini dengan tugas khusus menyusup di kalangan dokter. Hal yang paling kejam dilakukan oleh Muna yaitu menyusupkan suatu jenis obat khusus dengan kedok sebuah pabrik farmasi besar. Obat ini sesungguhnya adalah obat yang digunakan untuk meredusir kemanusiaan. Dalam jngka panjang, manusia yang mengkonsumsi obat ini akan semakin kehilangan kemanusiaannya. Nafsu hewaninya akan makin liar, rasa malu dan gelisah jika berbuat salah makin sirna. Manusia pengkonsumsi obat ini akan menjadi penguasa-penguasa kejam, koruptor jahat, penikmat free-sex, penjahat sadis dan sejenisnya. Muna cantik berubah menjadi dewi iblis yang liar dan kejam.
          Pernyataan kemunduran Muna mengejutkan Bundo Putrie dan anggota komunitas lainnya. Bundo Putrie menawarkan sesuatu yang spektakuler pada Muna.
“Muna, aku harap kau berpikir sejuta kali sebelum meluncurkan kata-kata itu” tegasnya
“Muna, tetaplah di komunitas kita. Aku akan jadikan dirimu Bundo muda dengan daerah kekuasaan di Asita Timur. Kamu mampu dan kamu menguasai bahasa Asita Timur dengan  baik” bujuknya
“Kamu muda, cerdas, cantik dan telah menunjukkan dedikasi dan pengabdianmu pada sang iblis raja kita.Kamu berhak mendapat promosi”  papar Bundo Putrie sekali lagi.
Muna hanya diam, ia jawab dengan kata-kata diplomatis bahwa ia akan pikirkan sekali lagi.
Sejak itu penjagaan  terhadap Muna makin ketat, ia makin sulit bergerak  karena setiap jengkal langkahnya selalu diikuti . Pada satu sisi Muna tetaplah anggota Komunitas ini namun pada sisi yang lain ia menjadi sosok asing yang dicurigai oleh seluruh anggota komunitas. Muna tetap dengan aktivitasnya. Ia bangun pagi, berjalan, berlari menapaki setiap jengkal aktivitas yang telah diskenariokan untuknya. Bukanlah seorang Muna kalau ia hanya berhenti menjadi robot pengikut Iblis. Sebenarnya cahaya putih merambahi jiwanya ketika ia bertugas dalam sebuah konferensi dengan para dokter sebulan yang lalu. Muna dengan perannya sebagai manajer sebuah perusahaan farmasi dipertemukan oleh takdir dengan sosok seorang dokter yang ustadh. Dokter Fahmi namanya.
“Saya Fahmi, presentasi ibu Muna luar biasa” demikian puji dokter Fahmi dengan tulus
Kata-kata yang singkat dan lugas dari mulut seorang laki-laki muslim yang cerdas seperti Fahmi ternyata mampu meluncurkan sejuta panah asmara di hati Muna. Kata-kata itu juga yang ternyata mampu melunturkan kekuasaan iblis di hatinya. Bara api iblis yang selama ini membara di setiap tetes darah Muna berubah total menjadi tetes madu iman yang pelan-pelan merembesi seluruh aliran darahnya. Jatuhkah Muna ?  tidak, ia justru menyelam dalam beningnya iman. Cinta dua insan yang muncul secara spontan benar-benar karena karunia Illahi menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang menghantar Muna mereguk nikmat khusnul khatimah. Muna bertekad mundur dari komunitas Iblis itu, ia siap menerima lamaran Fahmi. Suami yang diantar oleh taqdir illahi untuknya. Fahmi tak tahu menahu tentang komunitas iblis lengkap dengan tetek bengeknya. Bagi Dokter Fahmi, Ibu Muna Khairani, MA adalah seorang perempuan muda yang cerdas, cantik dan punya leadership itu saja.
“Muna, siapkah mendampingiku seumur hidup kita di dunia dan InsyaAllah dalam kehidupan kita kekal di akhirat kelak” tegas Fahmi ketika menyampaikan keseriusannya untuk melamar Muna.
“Bang Fahmi, insyaAllah aku siap bersamamu menyelam lautan bahagia dan duka di dunia maupun di kehidupan yang kekal kelak. Bergandeng , melangkah, menyimak, mendengar, mengecap, menghirup setiap noktah takdir senantiasa bersama. Aku ikhlas bang menerimamu” Jawab Muna mantap.
Dokter Fahmi, sosok dokter spesialis yang masih melajang di usianya yang 35 tahun merasa sejuk mendengar kata-kata Muna  bak tetes air di tengah teriknya padang pasir.
Muna Khairani menjemput taqdirnya, ia berhasil lari dari komunitas iblis itu entah bagaimana caranya. Allah swt benar-benar sayang pada hambaNya dan mengembalikan jiwa yang telah lama membara di bara api iblis kembali tenang dan sujud pada sang Khaliq.
“Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Masuklah ke dalam kelompok hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-surgaKu”  (Qur’an, Surat Al Fajr : 27-30)
Siapapun yang jiwanya belum tenang dan belum memperoleh nur Illahiyah maka akan sangat sulit untuk diajak kembali ke fitrah Rabb-nya. Jiwa yang buta, tuli dan bisu akibat terlalu banyaknya kotoran dan najis  kebodohan, kemungkaran, kedurhakaan yang menutupi mata, telinga dan mulutnya sehingga kesuciannya sirna. Alhamdulillah Muna telah menjemput kembali fitrahnya, sebuah hidayah.
          Bundo Putrie berang, salah satu anak didik kesayangannya lari entah kemana rimbanya. Media makin meluas meliput dan penasaran dengan sosok Bundo Putrie. Bundo Putrie , sang iblis betina yang kepanasan dan kegerahan  dan terjebak sendiri dalam sepak terjang iblisnya. Di tepi danau , Muna dan Fahmi berbulan madu. Bersama, berikrar setia, berkarya membangun umat, berharap mendapat keturunan yang sholeh dan sholehah. Kapasitas mencintai dan dicintai antara Muna dan Fahmi membuktikan bahwa teori psikologi cinta itu benar  dan perkawinan adalah satu muara kebahagiaan. Cinta sejati adalah kekuatan yang berenergi. Cinta sejati adalah tetesan cinta Illahi yang hanya dikaruniakan kepada hamba-hambanya yang terpilih. Wallahu’alam
          (Iboih-Batoh, 26 - 29 Oktober 2013)


Kamis, 03 Oktober 2013

SANG PROFESOR



Sebuah Cerpen oleh  Nur Janah Nitura
SANG PROFESOR
1
            Sejak kecil cita-citanya memang jadi pendidik, Abdal begitu yakin bersepeda menempuh hampir   9   kilometer perjalanan dari rumah gubuknya ke sekolah demi merebut cita-citanya. Baginya pematang sawah dan lumpur adalah suguhan lumrah dari sebuh perjuangan. Terpeleset di lumpur hingga baju dan tasnya kotor adalah hal yang sangat biasa dan tak lagi ia anggap sebagai masalah. Lumpur itu sahabatku, padi dan sawah adalah teman-temanku begitu ia selalu yakinkan dirinya. Abdal kecil lulus SD sebagai juara umum SD Negeri 1 Kecamatan Semerbakwangi , senyum cerah merekah di wajah. Langkah gagah ia ayunkan ke depan puluhan pasang mata orang tua siswa yang berdecak kagum memandang prosesi yang paling bergengsi yaitu penganugerahan piagam dan piala dari Ibu Kepala Sekolah SD Negeri 1 Kecamatan Semerbakwangi.
“Abdal, perjuanganmu masih panjang”
“Abdal, langkahmu masih lebar”
“Abdal, tekadmu bulatkan”
“Abdal, lenganmu singsingkan”
Bisikan itu begitu menghentam gendangan telinganya, kekuatan nadanya serasa mengoyak-ngoyak setiap lapis otot-otot tubuhnya  sehingga ia menyaksikan  dengan mata kepalanya sendiri seolah bayangan dirinya ingin maju dan lari menjemput profesi idaman hatinya “seorang guru”.
Es em pe, Es em a…………………bagi Afdal adalah sebuah perkelanaan jiwa dan raga yang penuh peluh . Setiap peluh yang menetes dari tubuhnya terasa menciprati setiap golakan nafsu yang menggebu. Setiap peluh yang mengalir di kulitnya terasa membasahi kekeringan hasrat yang teramat sangat. Nafsu ingin segera terbang tinggi di awan pendidikan, hasrat ingin segera melumat tiap sisi pembelajaran. Abdal berpikir ia akan keren dan gagah disapa sebagai “Pak guru Abdal” .
“Abdal, kamu cepatlah bangkit jika suatu hari terpuruk jatuh karena pelajaranmu turun nilainya” , begitu sering masuk ke telinganya petitah petitih sang Abu yang merupakan sosok Tengku di Gampong yang disegani.
“Abdal, sebelum tercapai impianmu tahankan dulu jatuh cinta. Mak yakin kamu akan bertemu jodoh pilihan Allah swt yang terbaik” begitu sering nasehat mak nya yang juga sosok perempuan desa yang lugu.
Kalimat-kalimat sakti dari kedua orang tua bagi Abdal jauh lebih berharga dari mutu manikam. Oleh karena itu ketika ia lulus undangan sebagai mahasiswa FKIP Universitas  Lam Karuna, ia berjiwa besar ketika sang abu hanya sanggup membayar ongkos bus sekali jalan plus uang makan yang hanya cukup untuk keperluan 3 hari.
“Abdal, kamu boleh bawa beras ke Kutaraya. Setidaknya dengan membawa beras kamu akan lebih lama bertahan” sang abu menegaskan kembali bentuk lain dukungannya.  Abdal pun melangkah ke Kutaraya, sebagai mahasiswa, sebagai kernet bangunan membantu bang Lem tetangganya di Gampong yang merantau ke Kutaraya sebagai tukang ahli. Abdal mengaduk semen, Abdal mengikat bata, Abdal mengecat……. Apapun asal halal dan mampu menghasilkan lembar-lembar rupiah untuk bertahan hidup. Beasiswa yang diterimanya adalah beasiswa pendidikan saja, sedangkan makan, minum, buku, transport……………..Abdal harus mandi peluh untuk meraihnya.
2
            Cum Laude adalah predikat yang diidamkan setiap mahasiswa ketika ia lulus. Tak mudah mendapatkannya, namun ada yang mampu meraihnya. Abdal termasuk salah satunya, ia lulus dari program studi bahasa Perancis dengan predikat Cum Laude. Sejak semester 3, Abdal telah mulai merangkai bunga impiannya, di sebuah jambang bunga kehidupan yang indah.  Rangkaian bunga yang suatu saat dia idamkan sebagai sebuah kenyataan yaitu menjadi seorang guru. Sejak semester 3 hingga 8 ia bergelut di sebuah lembaga pendidikan luar sekolah sambil belajar menjadi seorang guru.
“Bang Abdal itu pinter dan gagah, walaupun lidahnya kalau ngomong masih nampak kampungnya” begitu kasak-kusuk gadis-gadis keren di kampusnya membicaralan ia manakala Abdal sedang perform untuk  sekedar pidato atau kegiatan kemahasiswaan lainnya.
Cita-cita Abdal mesti bermetamorfosis…… dari guru menjadi dosen. Sama-sama guru namun beda maknanya. Jika sosok guru akan mampu membuatnya berlari kembali ke Gampong untuk mengabdi di desa, es em pe atau es em a di Gampong atau kecamatan tempatnya tinggal. Namun sosok Dosen membuat kakinya mesti ia ikat di sebuah tambatan kuat yang bernama ‘Universitas’.
Sang Abu dan sang emak pada awalnya protes keras. Abdal , sejak kecil impianmu mau membangun pendidikan di desa kita dengan menjadi guru. Bagaimana bias kamu lakukan jika kamu menjadi ‘dosen’.  Namun hati kedua orang tua tersebut luluh manakala putra tercintanya mampu meyakinkan bahwa hakekat guru dan dosen adalah sama. “Selamat putraku, selamat menjadi dosen, selamat menjadi mahaguru dan mencetak guru-guru di seluruh negri” begitulah doa spontan sang Abu.

3
            Bagi otak secermelang, bagi langkah segemilang Abdal…. Tangga dosen mudah ia daki. Sesaat ia sudah mencapai gelar Doktor tamatan Luar Negri, sebuah gelar idaman setiap dosen. Entah gagah entah pongah, atau adukan keduanya. Abdal selalu tampil terlalu gagah untuk ukuran guru atau mahaguru di sebuah universitas.  Nafsunya tak lagi hanya ingin tampil di depan kelas, hasratnya tak hanya ingin berdiskusi dengan mahasiswa. Abdal ingin lebih, Abdal mau banyak, Abdal lari, Abdal ngebut, Abdal terbang, Abdal melayang. Beratus poin kredit ia kumpulkan hingga ia rebut gelar bergengsi, gelar professor bukti orgasmus keilmuan yang syah dengan kadi selembar surat pengesahan bertanda tangan presiden.  Mestinya professor itu seperti padi, makin berisi makin arif, makin berisi makin tunduk dan tawadhuk …..begitu harapan khalayak . Abdal adalah professor politik, bukan guru besar ilmu politik namun sang guru besar yang berpolitik.
            Politik yang dulu membuatnya alergi dan gatal seluruh jiwa dan raganya, tiba-tiba jadi asyik masyuk . Mulai dengan politik kelas lintingan rokok kelas kuli waktu mahasiswa, meningkat dengan politik kelas rokok kretek murahan ketika pangkatnya masih rendah. Abdal lari terus, hingga nafsunya berpolitik menjadi-jadi ketika ia tekad maju dan mematut diri jadi Rektor. Sebuah jabatan yang dulu mestinya diresonansikan sebagai pimpinan organisasi pendidikan. Sebuah jabatan yang diharap menjadi menara air penyejuk lingkungan, sebuah jabatan yang mestinya mendendangkan lagu merdu perjuangan. Rektor semestinya mampu mengaduk berbagai bumbu perilaku seluruh civitas akademika menjadi masakan karakter yang lezat. Karakter terpuji suri teladan seluruh negri.
            Abdal, telah khianati kepercayaan anak negri. Profesornya, rektornya dijadikan sebagai jembatan  untuk melakukan senggama politik paling binal. Ia pertaruhkan  setiap peluh yang menetes di bulir-bulir padi gampongnya, ia gadaikan lumpur yang mengotori baju seragam SD nya.  Ia gagal , ia kecewa namun ia maih bias tertawa. Bahkan ia tetap tertawa ketika fotonya terpampang  di tabloid kota “ Sang Profesor, Sang Koruptor”
Mahasiswanya ternganga, kecewa, berduka.  Universitas yang mestinya jadi menara air karakter yang menyejukkan negri, kini jadi menara api yang menyulut duka. Wallahu a’lam

                                                                 Pante riek,  Malam Jum’at , 3 Oktober 2013