Di hari yang fitri ini aku ingin
bicara jujur , blak-blakan apa adanya tentang apa yang kupikirkan, kurasakan
dan kulakukan. Meski aku hanya bisa diam, namun sesangguhnya aku catat seluruh
denyut jantung peristiwa yang aku alami dari detik ke detik, menit ke menit,
jam ke jam, hari ke hari bahkan hingga tahun ke tahun. Kalian tak mungkin bisa
membaca catatanku, karena catatanku begitu abstrak dan sulit untuk kalian cerna
dan baca. Oleh karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini ijinkan aku jujur
apa adanya , katakan yang sebenarnya, sehingga kalian semua benar-benar
memahami posisiku.
Entah berapa kau beli aku dari
ribuan hingga puluhan juta, tergantung dari merek, pabrik dan kualitas bahan
yang digunakan untuk membangun jati diriku. Aku bahkan tak peduli siapa, dimana
dan dengan apa aku diproduksi. Sejatinya sejak awal aku diproduksi untuk tujuan
kebaikan, untuk mempermudah hidup kalian dan untuk berbagi kedamaian ,
kebahagiaan meski sesekali berbagi duka dan air mata. Posisiku sudah tertera
di cetak biru, aku tak bisa mengelak dan memilih. Aku benar-benar dalam posisi
pasrah, meski jangan kalian vonis aku sebagai sosok tak berdaya. Aku tak mau
divonis seperti itu. Aku justru ceritakan semua ini, karena aku ingin
menunjukkan pada kalian semua bahwa aku sesungguhnya “berdaya”.
Dalam bentuk kecil, aku sering
membantu dua insan yang sedang jatuh cinta. Berbagi suka, menebar asmara hingga
keduanya benar-benar ideal sampai ke singgasana perkawinan. Ketika kupingnya
memanas akibat ponsel, aku diraih, disambungkan dan bermenit-menit bahkan
berjam-jam mereka berdua bebas mengekspresikan rasa. Pipiku kadang kemerahan
menahan malu dan suka jika mendengar kata-kata mereka berdua. Hati mereka
berbunga, akupun ikut berbunga. Perasaan mereka melambung, akupun ikut
melambung. Duh indahnya cinta. Jika mereka gagal, akupun ikut berurai air mata.
Masih dalam bentuk yang sama, aku banyak
membantu insan-insan bisnis yang menjalin relasi untuk mengembangkan usahanya.
Negosiasi, presentasi, diskusi bahkan debat kecil acapkali kusimak secara dalam.
Keberhasilan bisnis adalah salah satu kebahagiaan bagi insan-insan tersebut dan itu juga menjadi kebahagiaanku.
Jika mereka gagal, akupun menyimak kegagalan itu dan tentu saja aku ikut
berduka.
Da;am bentuk sedang hingga besar,
akupun banyak terlibat dengan polah tingkah anak manusia di bumi ini. Aku
sering geli melihat tingkah para penjual obat , motivator, ustadh, rohaniwan
lainnya dan beribu profesi lain yang dengan gagah perkasa meyakinkan para
audiens-nya untuk menyepakati pendapat mereka. Penjual obat tentu saja sukses
jika banyak didatangi calon pasien dan laris manis obatnya. Para motivator
tentu saja sukses jika undangan motivasi dari seantero negri atau bumi
berdatangan pada mereka. Ustadh dan rohaniwan lainnya juga sukses jika undangan
dakwah dari berbagai penjuru bumi berdatangan pada dirinya. Dengan setia aku
membantu mereka semua, namun disaat yang sama aku justru sering iba dan berurai
air mata ketika diriku tersandera dengan segudang tanya : Hanya itukah
kesuksesan yang ditargetkan ?
Berapa banyak penjual obat yang merasa
sukses jika pasiennya pulih kembali, sehat wal afiat, beraktivitas dan berkarya
seperti sedia kala ? Berapa banyak
motivator yang merasa sukses jika audiens-nya berhasil mengimplementasikan
jurus-jurus yang disampaikannya ? Berapa banyak para ustadh dan rohaniwan
lainnya yang merasa sukses jika umat yang dijadikan ajang dakwahnya berbuat baik,
ber-akhlaqul karimah, menebar kasih sayang dan kedamaian pada sesama ?
Ketika aku digunakan untuk
mengumumkan berita duka, aku rasanya ingin menghibur dan merangkul para pihak
yng berduka. Berita kematian misalnya, diumumkan melalui diriku dengan
lantangnya. Biasanya tangisan dan ratapan dari keluarga yang ditinggalkan membuatku makin
prihatin dan duka. Jika pihak keluarga yang ditinggalkan berdoa penuh ketegaran
dan keikhlasan akupun ikut bangga. Sesungguhnya semuanya hanyalah fana termasuk
keberadaan diriku yang sengaja dibuat untuk tak tahan lama.
Kali ini aku benar-benar ingin
curhat pada kalian semua, aku sedih, hatiku seperti diiris-iris. Jiwaku
melayang terombang ambing, jati diriku seolah tak ada harga. Ketika hari yang
fitri ini ternodai oleh nafsu iblis dan aku dijadikan kambing hitamnya. Semua
itu gara-gara Speaker katanya.
Kusampaikan
sekali lagi aku SPEAKER , bukanlah si kambing hitam
Aku SPEAKER
ingin mengeraskan suara kebaikan, suara kepercayaan, suara kebenaran, suara
kedamaian, suara pemberdayaan dan beribu
kebajikan lainnya buat umat manusia di bumi ini.
Ssssstttttttt…………………. Umi bangun , jadi
sahur kan, insyaAllah senin ini jadi mulai puasa sunah syawal…..suara putriku
mengetuk pintu kamar ( Astaghfirullah,
mengapa saya sampai mimpi sang SPEAKER
:D )
Batoh, 20 Juli 2015