salam

selamat datang ke blog saya , tulisan-tulisan kecil seputar manusia dalam dunia kerja , pendidikan dan keluarga dapat anda ikuti di blog ini. semoga bermanfaat buat para pembaca

Jumat, 01 Juni 2012

MBAKYU SOFIA

Mendapat sms dari mbakyuku yang ayu : Sofia Retnowati merupakan kejutan di siang itu. Minggu, 30 Oktober 2011 dalam cuaca yang kadang hujan dan kadang panas, di tepi pantai Iboih Pulau Weh mendatangkan suasana yang makin hangat dan betah bersama duapuluhan  lebih volunteer PMI. SMS tersebut berbunyi : “diajeng, mbakyumu on the way ke Sabang. ……… mau cari penginapan, ada rekomendasi ?” . Tentu saja aku terkejut lha saat itu aku juga lagi di Sabang, segera kutelpon beliau dan menyampaikan bahwa aku juga i pulau tersebut dan jika beliau berkenan menginap bersamaku di penginapan sederhana di tepi pantai Iboih.
Hari kedua menemani belajar teman-teman volunteer PMI dengan agenda Personal development Training, merupakan pengalaman yang luar biasa. Mirip seperti ibu-ibu bidan yang sering kutemani belajar ketika pasca tsunami dulu, para volunteer khususnya yang perempuan ada beberapa yang hadir ke Sabang dengan mengikut sertakan putra putrinya. Bagi fasiliatator perempuan sepertiku , tentu hal ini justru membanggakan karena merupakan bukti bahwa perempuan ternyata punya kemauan belajar dan berubah yang kuat walaupun sambil menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu. Apalagi mitra fasilitatorku (Nursan Junita) juga membawa putrinya yang pintar (Putroe).
Kususuri pasir putih Iboih sambil menatap tegarnya  pulau Rubiah di seberang sana, mataku memandang hijaunya nyiur dan pepohonan lainnya serta menikmati debur ombak yang kadang mampir di sepatu karetku. “Datang gak ya mbak Sofi ???” begitu tanda tanyaku dalam hati. Pulang ke penginapanku yang berukuran  3 x 4  sambil merebahkan tubuh sejenak , aku menerima telpon dari mbak sofi bahwa beliau on the way ke Iboih.
Subhanallah, setelah hampir 2 tahun tak berjumpa mbakyu Sofia (atau biasa kupanggil mbak Sofi) masih saja ayu dan fresh (meski batinku mengatakan beliau kelelahan dengan segudang agenda).
“Mbak, kita makan malam dulu ya mbak  dengan adik-adik volunteer PMI”
……………………………………………………………………………………..
“nung, sekarang ini keinginanku untuk menikmati ciptaan Illahi apalagi tempat-tempat yang indah seperti ini luar biasa” , “apalagi sejak lama memang keinginanku ke Pulau Weh belum terlaksana, meskipun aku sering  ke Aceh” . “Alhamdulillah Allah swt mengabulkan keinginanku hari ini hingga aku diberi kesempatan untuk melihat ciptaannya yang luar biasa” . Demikian mbak Sofi yang memang sangat ekspresif dalam meluapkan kekagumannya terhadap alam yang indah. Malam itu aku bersama mbak Sofi menyusuri Pantai Gapang, sambil bercerita tentang kehidupan. Keluarga, karir atau cerita tentang  situasi dan kondisi pantai di Pulau Weh (aku juga cerita tentang Kilometer Nol, Anoi Itam , Sumur Tiga, pantai Kasih dan banyak lagi dengan harapan mbak Sofi besoknya akan keliling ke pUlau yang cantik ini……….. sayang mbak besok aku gak bisa menemani karena  aku masih harus melanjutkan training dengan adik-adik volunteer PMI). Selalu saja ada pelajaran berharga setiap  perjumpaanku dengan mbak Sofi, pelajaran itu justru bukan  pelajaran psikologi klinis yang menjadi kepakaran beliau (mbak Sofi atau Prof. Dr. Sofia Retnowati adalah Guru besar Fakultas PsikologiUGM) namun pelajaran hidup yang sangat sulit aku cari di literatur manapun.
“mbak nung, kulit wajahmu resik , apa masih pakai produk X yang dulu itu” tanya mbak Sofi padaku
“iya mbak, sekarang karena usiaku bertambah, aku juga pakai krim malam dan  krim mata  mbak ” kataku
“mbak pakai juga ya” tanyaku
“gak mbak nung, aku pakai ini lho olive oil asli” kata mbak sofie
“wah , tapi kan kulit mbak memang sudah bersih dan ayu , itu yang kulihat sejak aku kuliah dulu ” (mbak Sofi adalah dosenku di UGM dulu, aku jadi akrab justru karena tsunami, beliau  di awal tsunami hampir sebulan menjadi  volunteer dan tinggal seadanya di rumahku)
“mbak sofi kalau mau beli kan bisa aja, kan gaji mbak sebagai guru besar  cukup banyak”   kataku
“aduh mbak nung, aku sebenarnya gak mau bicara tentang ini, aku takut ujub , takabur
“mbak katakan saja, aku justru mau belajar dari mbak ?” kataku sungguh - sungguh
“mbak nung, aku sebenarnya dulu gak  mau jadi guru besar /profesor . Kemudian Mas Noer (suami beliau, Prof. Dr. Noer Rochman ) ngomong bahwa kalau aku jadi profesor  kan gajinya bisa  mewujudkan keinginanku untuk membangun mesjid” jawab beliau
Tak terasa pipiku basah, bulir bulir air mata menetes spontan dan aku memeluknya sambil berkata “mbak, subhanallah aku belajar ilmu hidup yang luar biasa darimu hari ini”  kataku
Akhirnya diskusi kami bertambah topik  tentang kebahagiaan  hidup, nikmatnya berbagi  hingga  tentang rumah akhirat yang memang harus dipersiapkan sejak kini. Dari dialog dengannya aku banyak  belajar bagaimana seseorang dapat merespon sebuah cobaan atau penderitaan secara positif  (kalau dulu teori manajemen stres mengatakan bahwa setiap stres dapat direspon dengan fight atau  flight , maka kini justru dapat direspon dengan tending dan befriending (memelihara & bersahabat). Mbakyu, inner beauty mu makin bersinar di tiap langkahmu yang insyaallah diwarnai kebajikan seperti :
1. Apresiasi terhadap keindahan : ekspresi pontan dan mendalam tentang keindahan alam membuat  emosi positif seseorang akan bangkit dan terjaga sehingga makin terjaga kesehatan jiwanya
2. Pandai bersyukur : eskpresi rasa syukur terhadap setiap kenikmatan yang dibrikan Allah swt pada seorang hamba dapat mengalirkan energi positif untuk berbuat lebih baik
3. Bersahaja : kebersahajaan, menganggap  diri biasa saja serta sederhana merupakan jendela untuk bersikap rendah hati dan menyintai sesama dengan tulus
4. Ketegaran & Kepahlawanan : ternyata pahlawan tak hanya pahlawan fisik (physical valor) , namun juga pahlawan moral (moral  valor). Ketegaran untuk membela kebenaran, ketegaran untuk menahan diri guna mewujudkan pengabdian (menahan diri untuk membeli ini dan itu guna mewujudkan keinginan membangun mesjid).Merupakan sebuah nilai dan perilaku yang patut kita teladani.
Mbakyu Sofia, semoga Allah swt memberikan berkah dan panjang usiamu hingga tetap tegar dan sehat dalam mengabdikan ilmu dan amalmu untuk perempuan, untuk kalangan psikologi, untuk masyarakat banyak dan tentu saja untuk seisi bumi yang akan selalu tersenyum  “memandang”  dan  “menyapa” mu.  (Terima kasih mbak, meski sesaat, sesudah sarapan pagi di Senin 31 Oktober, mbak bersedia menyemangati para volunteer PMI di ruang training).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar