Mendapat sms dari
mbakyuku yang ayu : Sofia Retnowati merupakan kejutan di siang itu.
Minggu, 30 Oktober 2011 dalam cuaca yang kadang hujan dan kadang panas,
di tepi pantai Iboih Pulau Weh mendatangkan suasana yang makin hangat
dan betah bersama duapuluhan lebih volunteer PMI. SMS tersebut
berbunyi : “diajeng, mbakyumu on the way ke Sabang. ……… mau cari
penginapan, ada rekomendasi ?” . Tentu saja aku terkejut lha saat itu
aku juga lagi di Sabang, segera kutelpon beliau dan menyampaikan bahwa
aku juga i pulau tersebut dan jika beliau berkenan menginap bersamaku di
penginapan sederhana di tepi pantai Iboih.
Hari kedua menemani belajar teman-teman volunteer PMI dengan agenda
Personal development Training, merupakan pengalaman yang luar biasa.
Mirip seperti ibu-ibu bidan yang sering kutemani belajar ketika pasca
tsunami dulu, para volunteer khususnya yang perempuan ada beberapa yang
hadir ke Sabang dengan mengikut sertakan putra putrinya. Bagi
fasiliatator perempuan sepertiku , tentu hal ini justru membanggakan
karena merupakan bukti bahwa perempuan ternyata punya kemauan belajar
dan berubah yang kuat walaupun sambil menjalankan tugasnya sebagai
seorang ibu. Apalagi mitra fasilitatorku (Nursan Junita) juga membawa
putrinya yang pintar (Putroe).
Kususuri pasir putih Iboih sambil menatap tegarnya pulau Rubiah di seberang sana, mataku memandang hijaunya nyiur dan pepohonan lainnya serta menikmati debur ombak yang kadang mampir di sepatu karetku. “Datang gak ya mbak Sofi ???” begitu tanda tanyaku dalam hati. Pulang ke penginapanku yang berukuran 3 x 4 sambil merebahkan tubuh sejenak , aku menerima telpon dari mbak sofi bahwa beliau on the way ke Iboih.
Subhanallah, setelah hampir 2 tahun tak berjumpa mbakyu Sofia (atau biasa kupanggil mbak Sofi) masih saja ayu dan fresh (meski batinku mengatakan beliau kelelahan dengan segudang agenda).
“Mbak, kita makan malam dulu ya mbak dengan adik-adik volunteer PMI”
……………………………………………………………………………………..
“nung, sekarang ini keinginanku untuk menikmati ciptaan Illahi apalagi tempat-tempat yang indah seperti ini luar biasa” , “apalagi sejak lama memang keinginanku ke Pulau Weh belum terlaksana, meskipun aku sering ke Aceh” . “Alhamdulillah Allah swt mengabulkan keinginanku hari ini hingga aku diberi kesempatan untuk melihat ciptaannya yang luar biasa” . Demikian mbak Sofi yang memang sangat ekspresif dalam meluapkan kekagumannya terhadap alam yang indah. Malam itu aku bersama mbak Sofi menyusuri Pantai Gapang, sambil bercerita tentang kehidupan. Keluarga, karir atau cerita tentang situasi dan kondisi pantai di Pulau Weh (aku juga cerita tentang Kilometer Nol, Anoi Itam , Sumur Tiga, pantai Kasih dan banyak lagi dengan harapan mbak Sofi besoknya akan keliling ke pUlau yang cantik ini……….. sayang mbak besok aku gak bisa menemani karena aku masih harus melanjutkan training dengan adik-adik volunteer PMI). Selalu saja ada pelajaran berharga setiap perjumpaanku dengan mbak Sofi, pelajaran itu justru bukan pelajaran psikologi klinis yang menjadi kepakaran beliau (mbak Sofi atau Prof. Dr. Sofia Retnowati adalah Guru besar Fakultas PsikologiUGM) namun pelajaran hidup yang sangat sulit aku cari di literatur manapun.
“mbak nung, kulit wajahmu resik , apa masih pakai produk X yang dulu itu” tanya mbak Sofi padaku
“iya mbak, sekarang karena usiaku bertambah, aku juga pakai krim malam dan krim mata mbak ” kataku
“mbak pakai juga ya” tanyaku
“gak mbak nung, aku pakai ini lho olive oil asli” kata mbak sofie
“wah , tapi kan kulit mbak memang sudah bersih dan ayu , itu yang kulihat sejak aku kuliah dulu ” (mbak Sofi adalah dosenku di UGM dulu, aku jadi akrab justru karena tsunami, beliau di awal tsunami hampir sebulan menjadi volunteer dan tinggal seadanya di rumahku)
“mbak sofi kalau mau beli kan bisa aja, kan gaji mbak sebagai guru besar cukup banyak” kataku
“aduh mbak nung, aku sebenarnya gak mau bicara tentang ini, aku takut ujub , takabur “
“mbak katakan saja, aku justru mau belajar dari mbak ?” kataku sungguh - sungguh
“mbak nung, aku sebenarnya dulu gak mau jadi guru besar /profesor . Kemudian Mas Noer (suami beliau, Prof. Dr. Noer Rochman ) ngomong bahwa kalau aku jadi profesor kan gajinya bisa mewujudkan keinginanku untuk membangun mesjid” jawab beliau
Tak terasa pipiku basah, bulir bulir air mata menetes spontan dan aku memeluknya sambil berkata “mbak, subhanallah aku belajar ilmu hidup yang luar biasa darimu hari ini” kataku
Akhirnya diskusi kami bertambah topik tentang kebahagiaan hidup, nikmatnya berbagi hingga tentang rumah akhirat yang memang harus dipersiapkan sejak kini. Dari dialog dengannya aku banyak belajar bagaimana seseorang dapat merespon sebuah cobaan atau penderitaan secara positif (kalau dulu teori manajemen stres mengatakan bahwa setiap stres dapat direspon dengan fight atau flight , maka kini justru dapat direspon dengan tending dan befriending (memelihara & bersahabat). Mbakyu, inner beauty mu makin bersinar di tiap langkahmu yang insyaallah diwarnai kebajikan seperti :
1. Apresiasi terhadap keindahan : ekspresi pontan dan mendalam tentang keindahan alam membuat emosi positif seseorang akan bangkit dan terjaga sehingga makin terjaga kesehatan jiwanya
2. Pandai bersyukur : eskpresi rasa syukur terhadap setiap kenikmatan yang dibrikan Allah swt pada seorang hamba dapat mengalirkan energi positif untuk berbuat lebih baik
3. Bersahaja : kebersahajaan, menganggap diri biasa saja serta sederhana merupakan jendela untuk bersikap rendah hati dan menyintai sesama dengan tulus
4. Ketegaran & Kepahlawanan : ternyata pahlawan tak hanya pahlawan fisik (physical valor) , namun juga pahlawan moral (moral valor). Ketegaran untuk membela kebenaran, ketegaran untuk menahan diri guna mewujudkan pengabdian (menahan diri untuk membeli ini dan itu guna mewujudkan keinginan membangun mesjid).Merupakan sebuah nilai dan perilaku yang patut kita teladani.
Mbakyu Sofia, semoga Allah swt memberikan berkah dan panjang usiamu hingga tetap tegar dan sehat dalam mengabdikan ilmu dan amalmu untuk perempuan, untuk kalangan psikologi, untuk masyarakat banyak dan tentu saja untuk seisi bumi yang akan selalu tersenyum “memandang” dan “menyapa” mu. (Terima kasih mbak, meski sesaat, sesudah sarapan pagi di Senin 31 Oktober, mbak bersedia menyemangati para volunteer PMI di ruang training).
Kususuri pasir putih Iboih sambil menatap tegarnya pulau Rubiah di seberang sana, mataku memandang hijaunya nyiur dan pepohonan lainnya serta menikmati debur ombak yang kadang mampir di sepatu karetku. “Datang gak ya mbak Sofi ???” begitu tanda tanyaku dalam hati. Pulang ke penginapanku yang berukuran 3 x 4 sambil merebahkan tubuh sejenak , aku menerima telpon dari mbak sofi bahwa beliau on the way ke Iboih.
Subhanallah, setelah hampir 2 tahun tak berjumpa mbakyu Sofia (atau biasa kupanggil mbak Sofi) masih saja ayu dan fresh (meski batinku mengatakan beliau kelelahan dengan segudang agenda).
“Mbak, kita makan malam dulu ya mbak dengan adik-adik volunteer PMI”
……………………………………………………………………………………..
“nung, sekarang ini keinginanku untuk menikmati ciptaan Illahi apalagi tempat-tempat yang indah seperti ini luar biasa” , “apalagi sejak lama memang keinginanku ke Pulau Weh belum terlaksana, meskipun aku sering ke Aceh” . “Alhamdulillah Allah swt mengabulkan keinginanku hari ini hingga aku diberi kesempatan untuk melihat ciptaannya yang luar biasa” . Demikian mbak Sofi yang memang sangat ekspresif dalam meluapkan kekagumannya terhadap alam yang indah. Malam itu aku bersama mbak Sofi menyusuri Pantai Gapang, sambil bercerita tentang kehidupan. Keluarga, karir atau cerita tentang situasi dan kondisi pantai di Pulau Weh (aku juga cerita tentang Kilometer Nol, Anoi Itam , Sumur Tiga, pantai Kasih dan banyak lagi dengan harapan mbak Sofi besoknya akan keliling ke pUlau yang cantik ini……….. sayang mbak besok aku gak bisa menemani karena aku masih harus melanjutkan training dengan adik-adik volunteer PMI). Selalu saja ada pelajaran berharga setiap perjumpaanku dengan mbak Sofi, pelajaran itu justru bukan pelajaran psikologi klinis yang menjadi kepakaran beliau (mbak Sofi atau Prof. Dr. Sofia Retnowati adalah Guru besar Fakultas PsikologiUGM) namun pelajaran hidup yang sangat sulit aku cari di literatur manapun.
“mbak nung, kulit wajahmu resik , apa masih pakai produk X yang dulu itu” tanya mbak Sofi padaku
“iya mbak, sekarang karena usiaku bertambah, aku juga pakai krim malam dan krim mata mbak ” kataku
“mbak pakai juga ya” tanyaku
“gak mbak nung, aku pakai ini lho olive oil asli” kata mbak sofie
“wah , tapi kan kulit mbak memang sudah bersih dan ayu , itu yang kulihat sejak aku kuliah dulu ” (mbak Sofi adalah dosenku di UGM dulu, aku jadi akrab justru karena tsunami, beliau di awal tsunami hampir sebulan menjadi volunteer dan tinggal seadanya di rumahku)
“mbak sofi kalau mau beli kan bisa aja, kan gaji mbak sebagai guru besar cukup banyak” kataku
“aduh mbak nung, aku sebenarnya gak mau bicara tentang ini, aku takut ujub , takabur “
“mbak katakan saja, aku justru mau belajar dari mbak ?” kataku sungguh - sungguh
“mbak nung, aku sebenarnya dulu gak mau jadi guru besar /profesor . Kemudian Mas Noer (suami beliau, Prof. Dr. Noer Rochman ) ngomong bahwa kalau aku jadi profesor kan gajinya bisa mewujudkan keinginanku untuk membangun mesjid” jawab beliau
Tak terasa pipiku basah, bulir bulir air mata menetes spontan dan aku memeluknya sambil berkata “mbak, subhanallah aku belajar ilmu hidup yang luar biasa darimu hari ini” kataku
Akhirnya diskusi kami bertambah topik tentang kebahagiaan hidup, nikmatnya berbagi hingga tentang rumah akhirat yang memang harus dipersiapkan sejak kini. Dari dialog dengannya aku banyak belajar bagaimana seseorang dapat merespon sebuah cobaan atau penderitaan secara positif (kalau dulu teori manajemen stres mengatakan bahwa setiap stres dapat direspon dengan fight atau flight , maka kini justru dapat direspon dengan tending dan befriending (memelihara & bersahabat). Mbakyu, inner beauty mu makin bersinar di tiap langkahmu yang insyaallah diwarnai kebajikan seperti :
1. Apresiasi terhadap keindahan : ekspresi pontan dan mendalam tentang keindahan alam membuat emosi positif seseorang akan bangkit dan terjaga sehingga makin terjaga kesehatan jiwanya
2. Pandai bersyukur : eskpresi rasa syukur terhadap setiap kenikmatan yang dibrikan Allah swt pada seorang hamba dapat mengalirkan energi positif untuk berbuat lebih baik
3. Bersahaja : kebersahajaan, menganggap diri biasa saja serta sederhana merupakan jendela untuk bersikap rendah hati dan menyintai sesama dengan tulus
4. Ketegaran & Kepahlawanan : ternyata pahlawan tak hanya pahlawan fisik (physical valor) , namun juga pahlawan moral (moral valor). Ketegaran untuk membela kebenaran, ketegaran untuk menahan diri guna mewujudkan pengabdian (menahan diri untuk membeli ini dan itu guna mewujudkan keinginan membangun mesjid).Merupakan sebuah nilai dan perilaku yang patut kita teladani.
Mbakyu Sofia, semoga Allah swt memberikan berkah dan panjang usiamu hingga tetap tegar dan sehat dalam mengabdikan ilmu dan amalmu untuk perempuan, untuk kalangan psikologi, untuk masyarakat banyak dan tentu saja untuk seisi bumi yang akan selalu tersenyum “memandang” dan “menyapa” mu. (Terima kasih mbak, meski sesaat, sesudah sarapan pagi di Senin 31 Oktober, mbak bersedia menyemangati para volunteer PMI di ruang training).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar