salam

selamat datang ke blog saya , tulisan-tulisan kecil seputar manusia dalam dunia kerja , pendidikan dan keluarga dapat anda ikuti di blog ini. semoga bermanfaat buat para pembaca

Jumat, 01 Juni 2012

NISSA



Catatan Harian


 
Masih saja cantik, tegas dan berani…………. itulah Nisa sobatku. Setelah lebih  30 tahun tak jumpa, perjumpaan dengan Nisa kali ini adalah suatu kebetulan yang patut  disyukuri. Yang paling tak bisa kulupakan adalah  bahwa Nisa  adalah “guruku”.
……………………………………………………………………………………………….
“Nung, coba baca ini Alif, ba, ta, tsa……… dst”  Kata Nisa yang waktu baru naik kelas 4 SD
” ya  bagus, jika pakai fatha….itu yang coret diatas , bunyinya jadi A, dan jika pakai dhomah….. itu yang seperti bulu ayam diatas maka bunyinya jadi  U……………… jika pakai kasrah maka bunyinya  I  ” Lanjut Nisa
Nungki kecil yang baru naik kelas  3 tertatih-tatih menulis di buku yang terpaksa harus dihapus pakai setip berkali-kali karena salah.
“Coba nung…. aku pegang tanganmu. cara nulisnya seperti ini dari kanan ke kiri”
Nungki  kecil berkeringat dingin, tertatih-tatih menulis  namun terus mencoba dan mencoba.
” Nis, ulangan  Imla’ ku (dikte bahasa Arab) dapat nol, aku malu nis. Masa’…. matematika, bahasa dll semua 100 tapi bahasa arab nol” curhat Nungki  pada Nisa
” Kamu bisa, kamu akan dapat nilai 100 juga” Nisa berusaha meyakinkan.
Nungki pindah dari SD Negeri yang sama sekali tidak menngajarkan bahasa Arab ke SD Islam yang hampir 50 % pelajarannya berbahasa Arab. Imla’ , Muthola’ah, Nahwu, Insya’ , Tauhid, Fiqih, Khod, Tajwid dan masih banyak lagi pelajaran yang penyampaiannya menggunakan bahasa Arab. Nungki pindah dari Kota Kami ke Kota Kita karena tinggal bersama Tantenya. Tante yang hidup hanya berdua dengan suaminya sangat senang dengan kehadiran Nungki, namun Tante Esti bukanlah Ibu Ari (IBu kandung Nungki). Tante Esti adalah seorang perempun muslimah sejati, ia ibu rumah tangga yang 24 jam ia abdikan untuk keluarganya. Kehadiran Nungki ibarat setetes embun di tengah padang pasir bagi sosok Tante Esti yang sangat merindukan sosok anak. Apalagi anak perempuan seperti Nungki yang lucu, pintar dan penurut.
“Nisa, kamu ajarin Nungki ya sampai bisa.Tante gak mau disalahkan sama om karena Nungki gak bisa mengikuti pelajaran. Ingat lho, Nungki itu di Sekolahnya yang lama juara kelas” tegas Tante Esti pada Nisa  anak tetangga sebelah rumahnya.
Ulangan bahasa Arab yang kedua masih mendapat Nol, namun ulangan ke-3 , 4, 5  Nungki ternyata meraih nilai 100.
“Nungki……… pelajaran bahasa Arabnya cukup ya, sekarang kalau aku kesini main saja. Karena kamu sekarang sudah pinter, bahkan pelaaran bahasa arab yang aku berikan itu  sudah aku tambah porsinya untuk anak kelas 5 dan kamu bisa juga” Nisa bangga pada “murid”nya
selanjutnya Nisa dan Nungki bersahabat, meskipun usia mereka beda 2 tahun tapi mereka layaknya saudara kandung saja.
………………………………………………………………………………………………………
“Nung…………..aku sudah masuk 50 tahun lho” ungkap Nisa
“tapi kamu sama sekali gak  mirip perempuan 50 tahun, kamu masih pantas dikatakan 35 tahun” sahut Nungki
mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Nisa yang tampil dengan pakaian seksi, rambut di cat kemerahan dan pakaian bak peragawati……… sementara Nungki dengan jilbab, rok panjang dan make up tipis sekilas memang kontras.
Namun perbedaan penampilan mereka ternyata bukanlah persoalan. Mereka berdua masih nyambung jika berbicara, tak hanya bicara nostalgia masa kecil  dan masa remaja mereka  namun juga pembicaraan tentang kehidupan mereka kini.
Teman memang banyak, namun sahabat tempat berbagi suka dan duka ternyata amat langka.
“Aku lega Nung, bisa tumpahkan segala uneg-uneg dan episode sulit kehidupanku padamu. Selama ini aku hanya berbagi serpihan kecil kehidupanku pada teman-teman dekatku, tapi denganmu aku tumpahkan segala dukaku. Terima kasih Nung, Allah swt telah mempertemukan kita kembali” Ungkap Nisa
” Nisa, aku juga. aku merasa lega telah  berbagi sisi sulit kehidupanku yang selama ini hanya kusangga sendiri”  sahut Nungki
…………………………………………………………………………………………………………………………
“Aku besok mengantarmu ya ke Bandara” ungkap Nisa di telpon
.Dengan langkah kecil Nungki tinggalkan kota itu, setelah hampir 22 hari ia disitu. Sahabat sejati ternyata masih ada , meski dulu Nungki sering meragukan keberadaannya. Selamat tinggal Nisa, semoga Allah swt mempertemukan kita kembali

(bagian episode hidupku, nama-nama kusamarkan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar