salam

selamat datang ke blog saya , tulisan-tulisan kecil seputar manusia dalam dunia kerja , pendidikan dan keluarga dapat anda ikuti di blog ini. semoga bermanfaat buat para pembaca

Jumat, 01 Juni 2012

Namaku Nek Mah


Fiksi (Cerpen)

Namaku Nikmah…………….begitu genit kau sebutkan namamu ketika memperkenalkan dirimu di orientasi kampus. Nikmah memiliki arti yang luar biasa, nikmah berarti nikmat, anugerah, karunia, rezeki dan masih banyak lagi. Barangkali orang tuamu memberikan nama buatmu terkandung suatu filosofi yang dalam, bahwa kamu adalah anugerah buat keluargamu. Memang benar-benar anugerah, kamu adalah anak perempuan satu-satunya dalam keluarga yang 11 bersaudara. Anak bungsu yang lahir ketika ibumu telah mulai senja usianya. Usia 49 tahun melahirkan adalah kejadian yang sangat langka bagi perempuan. Namun saat itu ibumu yang mulai berkerut-kerut wajahnya dengan gagah dan bangga tetap menerima kehadiranmu. Itu semua tak lain tak bukan karena rindu tangis bayi perempuan yang teramat sangat mahal dalam keluargamu.
Nikmah……… begitu nama yang pertama kali muncul dari mulut Pak haji Ahmad, ayahandamu ketika bu bidan menanyakan siapa nama jabang bayi itu guna pengurusan akte kelahiran. Maklum saja untuk urusan akte bagi Pak Haji dan Bu Haji Ahmad, meskipun orang terpandang dan berharta di desa namun mereka berdua kurang paham dengan urusan surat menyurat, sehingga ketika bu bidan Arni menawarkan untuk mengurus akte jelas langsung disahuti dengan gembira. Nikmah kecil lahir 4 kilogram pas dengan panjang badan 52 cm…….. “bu hajjah ahmad, subhanallah bayi ibu cantik, sehat dan panjang badannya, biasa bayi lain maksimal 50 cm apalagi bayi perempuan”, begitu bu bidan surprise mengekspresikan ketakjubannya melihat Nikmah bayi saat itu.
Usia setahun, dua tahun hingga remaja dilaluinya dengan lurus-lurus saja. Sekolah, mengaji, les adalah kegiatan yang dilalui Nikmah dari hari ke hari. Hingga kahirnya di  usia duapuluh dua tahun ….Nikmah wisuda di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas  Bahagia. Predikat Cum laude disandangnya  dan pada hari yang sama Nikmah menerima lamaran  Abdullah, teman kuliah yang sejak dua tahun terakhir menjadi kekasih hatinya.
“Aku terima lamaranmu Bang Dodi (panggilan Abdullah), tapi abang janji ya setia padaku tanpa kompromi” demikian pernyataan dan penegasan Nikmah ketika Abdullah menyampaikan niat untuk melamarnya .
Bahkan ia langsung meminta waktu pada pak Haji dan bu hajjah Ahmad agar kamis depan Abu dan Umi dari Abdullah  akan terbang ke Medan untuk melamar Nikmah.  Abu dan Umi abdullah  adalah ureung Aceh  yang menetap di Meulaboh. Abu merupakan tokoh masyarakat , mempunyai bisnis di bidang perkebunan  dan transportasi  yang sangat maju. Abdullah adalah anak semata wayang mereka. Sejak awal Umi meminta Abdullah untuk menikah dengan gadis  se Gampong dengannya. Tapi apa boleh buat, hati Abdullah sudah terlanjur tertaut pada gadis yang bernama Nikmah. Nikmah  lahir dari ayah yang bersuku Padang-Batak   dan ibundanya  Sunda-Belanda. Subhanallah…….. darah gado-gado 4 suku bangsa menyatu dalam diri Nikmah dan menjelma menjadi sosok gadis ayu, berkulit bersih dan cerdas. “Nikmah….InsyaAllah kalau kita nikah nanti, anak kita pasti cantik dan ganteng” goda Abdullah. Biasanya jika dikatakan seperti itu  Nikmah hanya senyum-senyum saja. Ia memang gadis biasa yang luar biasa, pendekatan selama 2 tahun dengan Abdullah tak lebih persahabatan plus saja. Mereka tak pernah pergi berduaan, namun di hati mereka telah ada suatu komitmen bahwa kelak jika lulus maka Abdullah alias Doddy dan Nikmah akan mewujudkan cita-citanya untuk hidup berdua sebagai pasangan suami istri. Di Kampus pun Nikmah juga mengikuti organisasi sekedar untuk pergaulan saja, ia tak pernah mau dijadikan ketua. Ada saja alasan yang ia kemukakan jika ia ditunjuk sebagai ketua.
Nikmah dan Doddy menikah, mereka menikah akhirnya, iya mereka menikah……..demikian kata-kata yang meluncur dari teman-teman kampusnya ketika mereka menikah. Benar, sebulan sesudah mereka wisuda S1 , Nikmah dan Abdullah melangsungkan pernikahan . Abdullah sejak awal memang sudah dipersiapkan untuk melanjutkan bisnis ayahandanya, sehingga setelah wisuda S1 dan mereka menikah , Abdullah  diminta  ayahandanya melanjutkan untuk mengambil S2 manajemen agar lebih matang dalam mengendalikan bisnis, begitu alasan ayahnya yang sangat masuk akal bagi seorang Abdullah yang memang gemar juga belajar.  Otak yang cemerlang membuat Abdullah hanya memerlukan waktu 18 bulan untuk menyelesaikan studi  dan mereka berdua pun pulang ke Meulaboh. Setahun Nikmah hamil, melahirkan dan anaknya mati. Tahun kedua ia sangat berharap akan hamil lagi kesampaian dan  lahirlah si jabang bayi yang gagah perkasa. Bayinya hanya bertahan dua bulan dan mati. Nikmah shock, jiwanya mulai guncang……………
”Tabah istriku, demikian kata Abdullah menghibur Nikmah , istri yang amat dicintainya. Tahun ketiga, tahun keempat, tahun kelima…………………….. Nikmah selalu saja hamil dan diakhiri dengan kematian bayinya.
”Doddy, istrimu mungkin ada penyakit sehingga selalu saja mati anak-anaknya” begitu nada suara Umi mulai meninggi.
” Tapi Umi, dokter bilang Nikmah sehat walafiat….” sanggah Abdullah.
Nikmah tak pernah menggendong kucing, sehingga akan sulit sekali  dan mustahil jika kemudian ada diagnosa toxoplasmosis. Nikmah juga selalu makan makanan yang halalan thayiban, sehingga akan sulit jika ditegakkan diagnosis bahwa Nikmah mengalami keracunan kehamilan.
”Dik…aku menyintaimu apa adanya”  kata Abdullah.
”Tapi bang, aku tak mampu memberimu anak” jawab Nikmah.
”Sstttttt………….. 5 anak kita sudah pulang ke syurga dan akan menjemput kita untuk menemani mereka disana” hibur Abdullah untuk menenangkan istrinya
Biasanya jika dijawab demikian Nikmah akan tersenyum dan lelap dalam pelukan suaminya hingga pagi tiba.
”Bang , aku mau mengajar di Dayah ya bang? ” pinta Nikmah pada suaminya
”Sayang kan bang, ilmuku gak kepakai padahal aku bisa mengajar ekonomi, bahasa Inggris dan beberapa ketrampilan yang aku kuasai seperti menyulam dan membuat kue” tegas Nikmah lagi
”Apa uang dariku gak cukup dindaku sayang?” tanya Abdullah
”Alhamdulillah lebih dari cukup bang, hanya aku merasa hampa apalagi sejak kehilangan 5 anak kita” tegas Nikmah
Akhirnya permintaan Nikmah dikabulkan dan sejak saat itu ia resmi menjadi tenaga pengajar lepas di  dayah  Al Huda  yang letaknya hanya 500 meter dari rumahnya.
”Doddy, kawin lagi saja nak. Umi akan carikan kamu gadis yang sehat dan sekufu dengan kita”  bujuk sang umi pada Abdullah
”Maafkan Doddy umi….., anakmu ini terlanjur jatuh cinta dengan bidadari yang bernama Nikmah” jawab Doddy
Umi kecewa namun tak kuasa memaksa anak laki-laki semata wayangnya untuk menikah lagi. Abu dan Umi memang sangat demokratis dan penuh cinta pada putranya.
Tahun demi tahun berganti…………….Abdullah meninggal dunia di usianya yang 60 tahun. Saat itu Nikmah  yang di dayah biasa dipanggil ustadhah Nikmah telah berubah panggilan menjadi Nek Mah.
Nek Mah yang hidup sebatang kara telah mewakafkan seluruh harta peninggalan suami yang menjadi bagiannya untuk dayah.
”Tengku,  saya serahkan harta peninggalan suami untuk kemakmuran para santri di Dayah ini.  Kebun, deposito, bus, uang tunai, emas” kata Nikmah dihadapan pimpinan dayah, seluruh staf dayah dihadapan Notaris.
” Nyan hanjeut Nek Mah, harus na ke droen. Jangan semua  diserahkan ke dayah itu tidak boleh” lanjut Tengku Syama’un pemimpin Dayah Al Huda .
” Saya mau membangun rumah kecil yang jika tengku ijinkan akan saya bagun di komplek Dayah, sedikit uang untuk hari tua saya serta menggaji suster yang akan merawat saya”  tegas Nek Mah.  Para yang hadir pun akhirnya hanya bisa mengangguk.
Nek Mah duduk di kursi sambil melukis……………………………………………………….
Para santri takjub melihat lukisan Nek Mah
”Nek Mah….sejak kapan belajar meukis?” Tanya para santri kepadanya
”Wallahu a’lam, sejak seminggu lalu nenek bangun tidur, shalat tahajjud dan subuh, tiba-tiba nenek kepingin sekali beli kanvas dan cat minyak lalu nenek minta suster Siti untuk membelinya di toko” kata Nek Mah
Lukisan Nek Mah indah
Lukisan jiwa
Lukisan hati
Lukisan yang bening dan menyentuh nurani
Ustadh dan ustadhah pun lalu menyetujui ketika para santri ada yang ingin belajar melukis. Lukisan Nikmah dikoleksi para santri dan dipajang di galery Dayah Al Huda, wah …dayah Al Huda kini punya galery lukisan.
Nek Mah duduk di kursi goyangnya sambil berzikir menyebut nama Nya
Subhanallah……
Alhamdulillah…..
Allahu Akbar
Nek Mah lunglai….tersenyum bahagia…………Izrail telah menjemputnya
Semoga Husnul Khatimah
(Cerpen ini kupersembahkan  buat Ibunda  Hj. Sudarti,  Almarhumah ibunda Asiyah binti Ghazi Muhammad, Almarhumah ibunda Rukiyah,  Ibunda Zainab , Almarhumah Ibu Sumirah ;  mereka berlima adalah bidadari dalam hidupku)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar